REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- Lebih dari 40 pemimpin Muslim dari Republik Afrika Tengah setuju untuk bekerja sama dalam berbagai isu, termasuk mendukung kepulangan para pengungsi dari berbagai latar belakang keagamaan.
Dilansir dari PR News Wire, para pemimpin Muslim tersebut sepakat bahu membahu mengatasi isu-isu sosial umat Islam dalam Pusat Dialog Internasional di Vienna, Austria, Kamis (25/2) hingga Sabtu (27/2) lalu.
Para representatif dari komunitas-komunitas Muslim tersebut menelaah bagaimana komunitas Muslim Republik Afrika Tengah menghadapi banyak tantangan. Selama ini mereka dilanda berbagai perpecahan internal dan masalah-masalah menghadapi Muslim setelah konflik sipil yang menghancurkan negara.
Saat negara tersebut melakukan proses rekonsiliasi dan transisi menuju pemerintahan demokratis, komunitas Muslim mencari pendekatan kuat untuk menantang reintegrasi. Para pemimpin Muslim hendak membangun peran bagi Muslim di negara sekular ke depannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Presiden Forum Pendorong Kedamaian di Komunitas Muslim, Shaykh Abdallah bin Bayyah, menegaskan perlunya persatuan oleh para penegak kedamaian Muslim.
"Kedamaian adalah jalan menuju kebenaran, dan balas dendam harus dogantikan dengan diskusi yang jujur, pertanyaan, serta dialog," ujar Bayyah. "Seluruh kelompok Muslim dan Kristen harus saling menoleransi. Semua harus setuju pada tujuan ini, dan tujuan kita adalah kedamaian."
Diskusi tersebut juga dihadiri oleh beberapa pengamat dunia internasional. Hadir pula Komunitas Kristen Republik Afrika tengah untuk memperlihatkan dukungan. Perwakilan Organisasi Kooperasi Islam sekaligus representatif PBB, Ufuk Gocen, juga hadir dalam diskusi tersebut.