Selasa 01 Mar 2016 16:09 WIB

Tikus Serang Tanaman Padi di Pantura

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani mencabuti hama rumput liar di persawahan yang ditanami padi di kawasan Batu Ceper, Tangerang, Banten, Kamis (7/1).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petani mencabuti hama rumput liar di persawahan yang ditanami padi di kawasan Batu Ceper, Tangerang, Banten, Kamis (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Serangan tikus terus menghantui musim tanam padi di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Para petani pun rutin mengadakan gropyokan untuk mengatasi masalah tersebut. Kondisi itu seperti yang terjadi di areal sawah Desa Tegal Taman, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu. Di desa tersebut, ribuan ekor tikus datang menyerang areal persawahan secara tiba-tiba sepekan yang lalu.

Padahal, tanaman padi di Desa Tegal Taman rata-rata sudah mulai keluar malai dan bunting. Tanaman itupun menjadi santapan empuk si moncong panjang. "Kami langsung melakukan gropyokan untuk membunuh ribuan ekor tikus yang menyerang sawah warga," ujar Kepala Desa Tegal Taman, Jamroni, Selasa (1/3).

Jamroni menyebutkan, areal sawah di desanya ada sekitar 500 hektare. Dari jumlah itu, lahan yang diserang tikus kurang lebih 200 hektare. Para petani di Desa Tegal Taman sangat geram dengan serangan tikus ke areal sawah mereka. Pasalnya, tikus merusak tanaman padi hingga membuat petani merugi.

Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang mengakui adanya serangan tikus di sejumlah daerah. Selain di Kecamatan Sukra, tikus juga menyerang daerah lain, di antaranya Kecamatan Terisi, Anjatan, Bangodua dan Tukdana.

"Umur tanaman padinya rata-rata 30 - 65 hari," kata Sutatang.

Menurut Sutatang, daerah-daerah itu melaksanakan musim tanam padi sebanyak tiga kali dalam setahun dan tidak pernah terputus. Padahal, seharusnya penanaman padi hanya dua kali dan disambung dengan tanaman palawija sekali.

"Dengan diseling tanaman palawija, sebenarnya bisa memutus mata rantai serangan berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT), termasuk tikus," kata Sutatang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement