REPUBLIKA.CO.ID,
PURWOKERTO -- Bulog Sub Divre IV Banyumas yang membawahi wilayah operasi di empat kabupaten di eks Karesidenan Banyumas, masih belum bisa maksimal menyerap hasil panen petani.
''Harga gabah masih cukup tinggi, sehingga pengadaan beras medium yang digunakan untuk program raskin belum bisa maksimal,'' jelas Kepala Bulog Sub Divre IV Banyumas, Setio Wastono, Selasa (1/3).
Sejauh ini, jelasnya, penyerapan beras baru sebanyak 10 ton. Padahal target pengadaan beras tahun 2016 ini, Bulog Banyumas ditargetkan bisa menyerap 80 ribu ton.
Meski demikian, Setio tetap merasa optimistis target pengadaan beras sebanyak 80 ribu ton akan bisa terpenuhi. ''Panen raya baru akan mulai berlangsung sejak pertengahan Maret hingga Juni 2016. Masih ada waktu panjang bagi kami untuk melakukan penyerapan,'' jelasnya.
Menurutnya, belum maksimalnya pengadaan beras saat ini karena harga gabah dan beras di pasaran masih cukup tinggi. Sementara untuk pengadaan beras medium yang digunakan untuk program raskin, pihaknya masih harus menggunakan patokan harga sesuai HPP (Harga Pedoman Pemerintah. Kecuali untuk beras premium dalam program pengadaan beras komersial, Bulog baru menggunakan patokan harga pasar.
''Untuk pengadaan beras premium, kita hanya dibatasi sebanyak 10 persen dari target pengadaan beras tahun 2016. Sedangkan yang 90 persen, merupakan penyerapan beras medium yang menggunakan patokan harga HPP,'' jelasnya.
Sesuai surat keputusan Menko Perekonomian, untuk pengadaan beras medium, Bulog masih menggunakan HPP tahun 2015 sesuai Inpres No 5 tahun 2015. Berdasarkan Inpres tersebut, HPP untuk Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp 3.700 per kg, Gabah Kering Giling Rp 4.650 pr kg, sedangkan beras Rp 7.200 per kg.
Sementara harga pasar saat ini, harga GKG masih bertahan di atas harga Rp 5.000 per kg. Sedangkan GKP, masih bertahan di atas Rp 4.000 per kg.
Mengenai program beras berlabel 'Beras Premium Rp 7.500' yang dilauching Kementerian Pertanian di Maos Kabupaten Cilacap Senin (29/2), Setio mengaku Bulog tidak terlibat dalam program tersebut. ''Kita tidak ikut dalam program itu. Baik dalam pengadaan maupun penjualan, Bulog tidak ikut,'' katanya.
Sebagaimana dijelaskan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat meluncurkan program Beras Premium Rp 7.500, Kementan telah menyiapkan 1.000 toko tani di provinsi-provinsi yang menjadi sentra produksi beras.
Dalam program tersebut, pihaknya akan membeli beras petani dengan harga wajar atau sesuai harga pasar, kemudian menjualnya dengan harga Rp 7.500 per kg. ''Misalnya, kita beli harga gabah dari petani dengan harga Rp 4.000 per kg, kemudian kita menjualnya dengan harga Rp 7.500 per kg. Bisa naik sedikit, yang penting masih di bawah Rp 8.000 per kg,'' katanya.