REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Cholil Nafis mengatakan, untuk berdebat dengan teroris harus memiliki ilmu yang tinggi. Karena kalau tidak, umat justru akan ikut pemahaman para teroris tersebut.
"Apalagi mereka sangat pandai dan banyak menguasai literatur," kata dia saat mengikuti diskusi tentang radikalisme dan terorisme di Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta Pusat, Senin (29/2).
Pendapat berbeda disampaikan dosen Universitas Islam Asy-Syafiiyah, Ahmad Zubaiadi. Menurutnya, untuk mengatasi berkembang paham radikal di tengah-tengah masyarakat, pemerintah harus memperhatikan masjid-masjid.
Namun, kata dia, hal ini dilakukan bukan berarti mengawasi atau memata-matai masjid tersebut. Tetapi justru mendukungnya agar masjid dapat mengajarkan Islam rahmatan lil alamin.
"Caranya adalah dengan memberi bantuan operasional ataupun pengembangan kepada masjid-masjid yang mau mengajarkan Islam rahmatan lil alamin itu," jelas dia.
(Baca Juga: 'Radikalisme Lebih Berbahaya dari Terorisme')