REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Nila F Moeloek meminta para petugas kesehatan haji proaktif menghadapi dampak perubahan iklim ketika pelaksanaan ibadah haji medio bulan September 2016 mendatang.
Beberapa faktor alam yang akan menjadi kendala dalam menjaga kesehatan jamaah haji Indonesia, seperti udara panas dan angin kencang. "Angin akan menyebarkan debu dan badai gurun berpotensi menyebabkan kecelakaan dan gangguan pernapasan," kata Nila di Jakarta, Rabu, (2/3).
Insiden penyakit yang bersumber dari binatang dan melalui udara, seperti MERS-CoV (middle east respiratory syndrome corona virus) juga tetap menjadi perhatian Kemenkes. Begitu pula dengan potensi serangan panas mendadak (heat stroke) yang menjadi ancaman serius bagi jamaah haji Indonesia beberapa tahun terakhir.
"Upaya promotif dan preventif dilakukan dengan memetakan jamaah usia lanjut dengan penyakit degeneratif, kurang gizi, dan potensi gangguan jiwa ketika di Arab Saudi. Begitu pula dengan pemakaian obat tertentu oleh jamaah haji yang harus diawasi," ujarnya.
Tahun lalu, terang Nila, sebanyak 60,09 persen jamaah memiliki risiko tinggi (risti). Karena itu, sejak tahun lalu dimulai dengan pemeriksaan rutin berdasarkan daftar jamaah dari Kementerian Agama.