REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V memprediksi fenomena gerhana matahari yang akan terjadi pada 9 Maret 2016 di wilayah Papua dapat mempengaruhi gelombang elektromagnetik dalam komunikasi.
Kepala Stasiun Geofisika Angkasapura Jayapura Dadang Permana di Jayapura, Rabu (2/3), mengatakan berdasarkan pengamatan, meskipun gerhana matahari dapat mengganggu gelombang elektromagnetik, namun tidak berpengaruh pada aktivitas penerbangan.
"Jadi gerhana matahari ini hanya peristiwa matahari tertutupi oleh bulan sehingga tidak berdampak pada iklim atau cuaca dan suhu udara sehingga tidak mengganggu bandara dalam mengelola aktivitas penerbangan," katanya.
Menurut Dadang, meskipun proses berlangsungnya gerhana matahari mempengaruhi gelombang elektromagnetik, namun di bandara biasanya memiliki prosedur tetap dalam menangani gangguan dalam penerbangan. "Sehingga Dinas Perhubungan Provinsi Papua tidak perlu khawatir bahwa gerhana matahari ini akan berdampak pada penerbangan," ujarnya.
Sebelumnya, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V memastikan masyarakat di Provinsi Papua dan Papua Barat bisa menyaksikan fenomena alam Gerhana Matahari Sebagian pada 9 Maret 2016 sekitar pukul 09.53-11.48 WIT. Staf Pelayanan Jasa Balai Besar Meterologi, Klimatologi dan Geofisika WIlayah V Agung Sabtaji, mengatakan masyarakat di Papua dan Papua Barat hanya dapat menyaksikan Gerhana Matahari sebagian karena tidak dilewati oleh lintasan ketika matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus ini.
"Prediksi Gerhana Matahari otal pada 9 Maret 2016 khusus di Kota Jayapura ini berdurasi sekitar dua jam 55 menit dengan magnitudo 0,786," katanya.
Baca juga:
sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement