Rabu 02 Mar 2016 18:04 WIB

Jimly: Saatnya Cendekiawan Muslim Bangkit

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Ilham
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie mengatakan, cendekiawan Muslim di Indonesia harus bangkit untuk membangun bangsa. Apalagi, sejak reformasi telah terjadi kebebasan yang kebablasan sehingga banyak terjadi kekacauan.

''Kita (ICMI) punya tanggung jawab besar untuk menghidupkan lagi legacy Muslim. Kita bukan hanya membangun Islam, cendekiawan, tapi Indonesia dengan semangat cendekiawan,'' kata Jimly saat melantik Ketua Wilayah ICMI Jambi, Rabu (2/3).

Jilmy menyatakan, sudah enam tahun ICMI tidak muncul di Jambi. Karena itu, dengan lahirnya kembali ICMI, ia berharap muncul juga gairah dan harapan cendekiawan Muslim mengingat banyak daerah lain juga di mana ICMI tidak terdengar.

Menurutnya, ada kebutuhan nyata untuk menghidupkan gerakan cendekiawan. Karena sejak reformasi 1998, Indonesia mengalami kondisi di mana semua hal serbabebas dan diserahkan ke mekanisme pasar. Terutama politik pasar bebas, di mana jabatan strategis dipertandingkan, bahkan jabatan eselon I dan II pun dilelang.

''Niatnya baik, tapi tanpa kita sadari, terbentuk anggapan semua jabatan sebagai komoditas yang dapat diperebutkan,'' kata dia.

Namun, Jimly menekankan, Indonesia tidak bisa menghidar dari kondisi tersebut. Sebab, globalisasi membuat ekonomi terintegrasi sehingga masyarakat mesti menerima kenyataan berada di tengah kebebasan ini.

Lalu, dampak dari politik pasar bebas, Jimly menuturkan, sistem demokrasi menjadi tidak peduli dengan kualitas karena lebih mementingkan kuantitas. Dengan begitu, sangat penting bagi ICMI untuk memperkuat peran ilmu pengetahuan dan teknologi.

''Karena, peradaban tidak mungkin maju tanpa iptek. Maka, cendekiawan Muslim itu perlu dihidupkan. Tapi, tidak bisa dipisahkan dengan imtak (iman dan takwa), yang menjadi rohnya ICMI,'' kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement