REPUBLIKA.CO.ID, SERBIA -- Menempuh perjalanan panjang dari Afghanistan, Naima (42 tahun), terdampar di perbatasan Serbia-Kroasia bersama dua anak perempuannya. Sebagai warga Afghanistan, mereka tidak lagi diizinkan menyeberang.
Naima tiba di kamp transit Serbia sekitar satu pekan lalu bersama kedua anak perempuannya. Masing-masing berusia 14 tahun dan 7 tahun. Polisi memeriksa surat-suratnya dan berkata bahwa dia tidak mempunyai hak untuk menyeberangi perbatasan.
Malam harinya, polisi tiba-tiba datang ke kamp dan menyuruh semua berkemas. Mereka diarak naik bus dengan janji akan dibawa melintasi perbatasan. Tapi, para pengungsi malang itu malah diturunkan di sebuah kota dekat perbatasan Hungaria. Itu adalah cara polisi Serbia menyingkirkan pengungsi Afghanistan.
Ada pagar tinggi dan tentara bersenjata lengkap bersiaga di sana. Naima berjalan selama 12 jam untuk mencari celah, tapi tak dapat menemukan. Semua kembali dengan putus asa. Mereka lelah dan lapar. Putri bungsunya hampir pingsan. Ia memohon sesuatu untuk makan dan mereka melemparkan roti melalui jendela di pagar. Naima bersama para pengungsi pun memutuskan kembali ke kamp transit dengan tangan hampa.
"Ketika meninggalkan Afghanistan, kami berempat. Saya, suami, dan dua anak perempuan. Sepanjang hayat kami tak pernah melihat apapun, kecuali perang," tutur Naima, dilansir dari Al Jazeera, Kamis (3/3).
Di Afghanistan, bom meledak di mana-mana. Anak sulungnya kehilangan lengan dalam sebuah ledakan tiga tahun silam. Ia kemudian pindah ke Jerman dan mengabarkan pada keluarga bahwa segala sesuatu jauh lebih baik di sana.
Berawal dari situ, Naima menjual segalanya untuk merengkuh mimpi tinggal di tanah Jerman. Mereka pergi pada September 2015 lewat Iran. Di perbatasan Turki, suaminya ditangkap. Naima kemudian melanjutkan sendiri. Ia menemukan penyelundup yang bersedia membawa ketiganya ke Yunani dengan perahu karet. Usaha pertama ini gagal. Mereka terombang-ambing 12 jam di tengah laut dan terpaksa kembali ke Turki.
Untuk kedua kalinya, Naima kembali mencoba. Kini, ia berhasil mencapai Yunani. Sial, di Makedonia, seseorang mencuri surat-suratnya. Ia harus kembali lagi ke Yunani untuk mengurus surat yang hilang. Naima tak mau mengambil risiko menjadi imigran ilegal. Proses itu memakan waktu delapan hari. Selama kurun waktu itu, negara-negara Balkan memutuskan menutup pintu perbatasan.
Itulah asal muasal Naima terdampar di kamp transit Serbia. Perempuan itu telah kehabisan akal. Ia telah kehabisan uang. Satu-satunya pilihan yang tersisa sekarang adalah mengajukan permohonan suaka di Serbia. "Apa yang bisa saya lakukan sekarang adalah berdoa kepada Tuhan semoga Dia menyelamatkan saya dan anak-anak saya. Ini membuat saya gila, seandainya surat-surat kami tidak dicuri, tentu kami sudah berada di Jerman sekarang," ujar Naima.