REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cianjur, Jabar, terus berkoordinasi dengan pimpinan pondok pesantren (ponpes) untuk mengantisipasi masuknya LGBT ke lingkungan pondok pesantren. Sekretaris MUI Kabupaten Cianjur, Ahmad Yani, mengatakan, LGBT saat ini menjadi penyakit moral yang terus menyebar.
"Meski sekarang belum ada tapi tetap ada kekhawatiran. Tidak menutup kemungkinan ke pesantren juga akan ada. Makanya diantisipasi dari sekarang untuk terus waspada," katanya.
Dia menjelaskan, perilaku seks menyimpang tersebut sudah merupakan hal yang dilarang agama, sehingga tanpa perlu difatwakan LGBT harus ditekan agar tidak menyebar terutama di kalangan generasi muda. Sementara Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Cianjur, Brian Moch Yusuf, mengatakan, berdasarkan data KPA di Cianjur orang dengan perilaku seks menyimpang (LGBT) berjumlah 230 orang, di mana 186 orang di antaranya merupakan usia sekolah mulai dari 13 sampai 18 tahun.
"Jumlah ini bertambah dari tahun sebelumnya yang hanya 150 orang. Tingginya peningkatan LGBT dikarenakan pelaku seks menyimpang setidaknya bisa membawa tiga orang baru atau lebih setiap tahunnya," katanya.
Dia menuturkan, penyebaran LGBT di Cianjur sudah sampai ke 15 kecamatan mulai dari wilayah perkotaan hingga ke Cianjur selatan, di mana komunitas tersebut paling banyak di Cianjur kota, selebihnya di Cianjur selatan seperti di Cidaun, meskipun penyebarannya masih dalam skala kecil.