Kamis 03 Mar 2016 12:44 WIB

Supaya Diterima, Media Islam Dituntut Bertransformasi

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Achmad Syalaby
Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia Hamid Fahmi Zarkasyi (kanan) berbicara dalam diskusi Sirah Nabawiyah sebagai Landasan Strategi Membangun Peradaban di Jakarta, Ahad (8/3).   (Republika/Tahta Aidilla)
Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia Hamid Fahmi Zarkasyi (kanan) berbicara dalam diskusi Sirah Nabawiyah sebagai Landasan Strategi Membangun Peradaban di Jakarta, Ahad (8/3). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi mengungkapkan, pada zaman sekarang ini,  media Islam harus mulai bertransformasi dari segi kemasan. Ia mengatakan atribut Islam untuk bahasa media sebaiknya dibuat sehalus mungkin dan tidak vulgar. 

"Karena, masyarakat yang plural ini memerlukan sebuah media yang menggunakan bahasa yang universal," kata Hamid kepada Republika.co.id, Rabu (2/3) di sela Bedah Majalah Mata Air di gelaran Islamic Book Fair (IBF) 2016. Dia menjelaskan, bahasa universal yang digunakan dalam pengertian ini maksudnya adalah bahasa yang dapat diterima oleh semua ras, suku dan agama. 

Hamid menambahkan, Islam mempunyai bahasa-bahasa yang tidak hanya diklaim untuk orang Islam saja. Islam juga memiliki ajaran yang bisa diterima oleh agama lain. Media, menurut Hamid, perlu menggunakan logika-logika dan framework Islam untuk mengarahkan orang pada sebuah pemikiran tertentu. Namun, tidak dengan cara-cara menggurui.

Melabeli sebuah media dengan Islam secara terang-terangan akan membuat masyarakat menjadi alergi. Akibatnya, tidak banyak orang yang yang tertarik dengan media Islam."Termasuk ketika membuat headline yang terlalu ekspilisit Islami orang tidak akan mau membacanya" jelas Hamid.

Dalam hal ini, Hamid melihat, majalah Mata Air dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat zaman sekarang. Mulai  kebutuhan informasi sains, budaya hingga sipritualitas. Ketiga fokus informasi ini dikemas oleh Mata Air dengan bahasa yang tidak vulgar sehingga dapat diterima oleh semua golongan masyarakat.

Senada dengan Hamid, Peneliti dan Penulis dari Turki Dr. Ali Usnal yang juga hadir sebagai pembicara, mengatakan bahwa media harus bisa menjadi salah satu alat yang dapat mengedukasi masyarakat terutama generasi muda. Karena, menurutnya,  generasi muda merupakan penerus yang akan memajukan sebuah bangsa dan negara.

Ali mengatakan, dengan menyajikan bacaan-bacaan yang kaya akan ilmu pengetahuan dan juga sarat dengan niali-nilai spiritualitas tentunya akan membuat generasi muda generasi emas. Karena, menurut Ali, tiang utama dari pendidikan adalah membaca. Untuk itu, kita juga harus menyediakan bacaan-bacaan yang bermanfaat pula bagi generasi muda.

"Dengan ilmu, orang dapat menerjemahkan tanda-tanda alam," kata Ali menambahkan. Dalam hal ini, Majalah Mata Air, menurut Ali, mampu menjadi penerjemah yang bisa membantu orang untuk membaca semua fenomena yang ada di jagad raya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement