REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang bergabung dengan kelompok teror atau radikal dinilai memiliki keyakinan yang kuat. Keyakinan itu seringkali disebabkan doktrin yang dimasukkan menjadi semacam ideologi.
Pengamat terorisme Nasir Abbas mengatakan pemulihan ideologi merupakan aspek terpenting, untuk mengembalikan orang yang bergabung dengan kelompok teror. Dia menjelaskan, doktrin-doktrin yang ditanamkan saat perekrutan tentu sudah membekas menjadi ideologi, sehingga diperlukan usaha meluruskan ideologi mereka yang salah.
"Untuk membawa mereka kembali, harus diseimbangkan lagi pemahaman mereka yang telah jadi semacam ideologi," kata Nasir di Jakarta, Kamis (3/3).
Ia melihat banyak orang yang menjadi pelaku teror atau mendukung aksi teror, tidak melulu memiliki latar belakang kehidupan yang miskin. Kata Nasir, tidak sedikit mereka yang bergabung atau setidaknya mendukung, merupakan pengusaha berkecukupan.
Untuk itu, Nasir mengimbau kepada semua pihak dapat mengembalikan ideologi mereka. Termasuk diingatkan lagi akan keluarga dan masa depan sampai ada penyesalan. Selain itu, bisa disisipkan lagi kisah kenabian yang dalam situasi perang sekalipun, selalu berperang untuk bertahan dan bukan menyerang.
Meski begitu, ia tidak menampik adanya unsur ekonomi dalam gerakan radikal, yang menjanjikan hadiah yang cukup tinggi bagi mereka yang rela melakukan aksi teror. Namun, Nasir melihat itu tidak menjadi alasan utama seseorang bergabung dengan kelompok radikal, atau mau dan berani melakukan aksi teror dibandingkan ideologi.