REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajang Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 diprediksi menjadi pertarungan pemanasan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Partai Demokrat disinyalir lebih nyaman berkoalisi dengan Gerindra, dibandingkan dengan PDI Perjuangan dalam Pilgub DKI
Himpunan Masyarakat Peduli Indonesia (HMPI) memprediksi selain Nasdem, yang kemungkinan mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah Koalisi Indonesia Hebat (KIH) seperti PKB dan Hanura. Sementara yang kontra Ahok, kemungkinan akan mendukung Sandiaga Uno atau Yusril Ihza Mahendra, misalnya Gerindra, PKS, dan Demokrat.
PDI Perjuangan bisa saja mengajukan Boy Sadikin untuk mendampingi Sandiaga Uno.Partai-partai yang ada diprediksi pecah pada dua poros utama.
"Karena kalau tidak head to head dengan Ahok, artinya pecah tiga suara. Maka suara kontra Ahok pasti pecah sehingga menyebabkan Ahok menang," kata Sekretaris Jenderal Majelis Pimpinan Nasional HMPI Tri Joko Susilo, Kamis (3/3).
Tekad Yusril yang sempat maju di ajang Pilpres menyulitkan ia memperoleh dukungan. "Semua mikirnya ke Sandiaga Uno, kita tahu dia friendly dengan PKS sebelum masuk Gerindra," kata Tri.
Kandidat calon lain, Adhyaksa Dault hingga kini belum juga mendapatkan satu partai pun yang memberi sinyal mendukungnya. Tri menyebut Adhyaksa dekat dengan PKS dan Hanura, namun entah mengapa belum terdengar partai mana yang mencalonkannya.
Peta dukungan di Pilgub DKI mungkin akan sedikit banyak memberikan gambaran untuk ajang Pilpres 2019. Menurut Tri, dalam ajang Pilpres 2019, Ahok diprediksi mendukung Jokowi, sedangkan Sandiaga Uno pasti mendukung Prabowo.