REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor industri baja yang rencananya akan dilakukan Cina diyakini tidak akan mempengaruhi pasokan baja di Indonesia.
"Tidak pengaruh. Karena pasokan baja kita kan ada dari Korea dan Jepang. Beberapa dari Cina paling untuk konstruksi," kata Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan di Jakarta, Kamis (3/3).
Menurut Putu, kapasitas produksi baja di Indonesia sebesar 7 juta ton per tahun masih belum mampu memenuhi kebutuhan baja sebesar 14 juta ton. Sehingga, Indonesia masih membutuhkan baja impor dari beberapa negara , termasuk Tiongkok, yang merupakan pemasok baja terbesar dunia.
Kendati demikian, Putu memperkirakan bahwa baja impor asal Negeri Sakura Masih mendominasi di Indonesia. "Dari Jepang yang banyak masuk sini. Karena kan banyak dipakai di otomotif yang baja luarnya mobil-mobil itu kebanyakan masih impor," ujar Putu.
Sebelumnya, Reuters mengabarkan Cina mengumumkan akan merumahkan 1,8 juta pekerja di industri batu bara dan baja, atau 15 persen dari jumlah tenaga kerja. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya mengurangai kelebihan kapasitas industri.