REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi plastik di Indonesia per kapita sudah mencapai 17 kg per tahun dengan pertumbuhan konsumsi mencapai 6-7 persen per tahun.
Indonesia bahkan sudah menjadi negara terbesar ke-2 di dunia yang membuang sampah plastik ke lautan.
Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Agus Haryono mengatakan, sampah plastik ini dapat berubah menjadi mikroplastik yang dapat terapung di lautan dengan ukuran lebih kecil dari 1 mikron.
"Ini jadi berbahaya bila masuk ke dalam rantai makanan melalui ikan, biota laut, hingga masuk ke dalam tubuh manusia," katanya, Kamis, (3/3).
Penggunaan plastik yang tidak benar dan tidak sesuai dengan kegunaannya bisa berpotensi membahayakan kesehatan manusia.
"Berbagai jenis bahan kimia tambahan serta monomer tersisa yang tak bereaksi pada plastik bisa menyebabkan berbagai bahaya kesehatan seperti penyakit kanker, gangguan reproduksi, radang paru-paru, dan lain sebagainya."
Puslit Kimia LIPI, terang Agus, telah berupaya membuat berbagai inovasi teknologi untuk mengatasi permasalahan limbah plastik. Beberapa inovasi teknologi tersebut antara lain, Plasticizer turunan minyak sawit.
Plasticizer ini adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam formulasi plastik untuk menambah sifat kelenturannya, terutama untuk plastik PVC (polivinil klorida). Beberapa jenis plasticizer turunan phthalate yang umum digunakan dapat menyebabkan gangguan reproduksi atau gangguan hormonal pada kesehatan manusia.
Saat ini, lanjutnya, phthalate sudah mulai dilarang di berbagai negara, terutama di negara-negara Uni Eropa. Adapun plasticizer turunan minyak sawit mempunyai sifat yang lebih aman.