REPUBLIKA.CO.ID, RAQQA -- Jaringan listrik Suriah dipadamkan di seluruh negara tanpa alasan yang jelas. Namun tim berwenang mencoba untuk mencari tahu penyebabnya.
Seperti diberitakan laman BBC News, Kamis (3/3), pada sebagian besar wilayah Suriah yang dilanda perang, listrik tersedia hanya dua hingga empat jam sehari.
Sementara itu, Amnesty International mengatakan, pasukan pemerintah Rusia dan Suriah tampaknya sengaja menargetkan rumah sakit menjelang gencatan senjata.
Kelompok hak asasi manusia tersebut mengaku telah memngumpulkan bukti kuat dari setidaknya enam serangan yang disengaja pada rumah sakit, pusat kesehatan, dan klinik di provinsi Aleppo Utara dalam 12 pekan terakhir.
Serangan itu menewaskan tiga warga sipil, termasuk satu pekerja medis dan melukai 44 orang lainnya.
Amnesty mengatakan, serangan bertujuan membuka jalan bagi pasukan darat pemerintah untuk maju dalam pekan-pekan sebelum penghentian permusuhan mulai berlaku. Penghentian permusuhan di Suriah mulai berlaku pada Sabtu (27/2).
Gencatan senjata parsial ditengahi oleh AS dan Rusia sebagian besar telah dilakukan, meski pemerintah dan pemberontak saling tuduh satu sama lain melakukan pelanggaran.
Perjanjian tersebut tidak termasuk kelompok ISIS dan Front al-Nusra, afiliasi alqaidah yang merupakan bagian dari aliansi pemberotak utama.
AS mengatakan pada Selasa (1/3), telah melihat penurunan dalam serangan udara terhadap pejuang pemberontak dan warga sipil dalam beberapa hari terakhir. Tetapi, AS prihatin dengan beberapa laporan adanya serangan artileri dan tank.
AS juga mengkonfirmasi tuduhan Israel yang menyatakan pasukan pemerintah Suriah telah menjatuhkan bom barel diisi dengan klorin pada warga sipil dalam beberapa hari terakhir.