REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepopuleran ISIS memang banyak didapatkan dari media sosial. Sementara, media sosial belum menjadi masif di masa Alkaidah.
Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq, menilai ada pergeseran jaman yang terjadi di antara kelompok teror jaman dulu dan sekarang. Menurut Fajar, salah satu aspek penting yang menjadi pembeda adalah masifnya media sosial, yang turut menjadi sarana penebar teror.
"Dulu memang ada, tapi peran media sosial belum semasif sekarang," kata Fajar kepada Republika.
Ia melihat peran media sosial yang masif terhadap gerakan radikal, banyak disebabkan akses kaum muda akan media sosial yang sangat mudah. Fajar berpendapat, kemudahan itu telah mempermudah informasi didapatkan tanpa bisa dibatasi, termasuk soal radikalisme.
Dari penelitian saja, lanjut Fajar, masyarakat mampu mengakses internet dan media sosial, setidaknya selama dua jam non stop. Ia menjelaskan selama dua jam itu, berbagai informasi masuk tanpa bisa dihentikan ke tangan masyarakat, termasuk soal terorisme.
Fajar menekankan kalau informasi yang ditermia negatif, tentu akan mempengaruhi pola pikir dari pembaca. Maka itu, ia berharap kesadaran serupa sudah dimiliki kaum muda, agar dapat menolak paham-paham radikal pengaruhi anak bangsa.