Jumat 04 Mar 2016 08:31 WIB

Profesor Ini Ungkap Gerhana Matahari Total Sebagai Sunatullah

gerhana matahari total terlihat dari Provinsi Hunan di Cina pada 2009.
Foto: Reuters
gerhana matahari total terlihat dari Provinsi Hunan di Cina pada 2009.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pakar pemikiran Islam modern Prof Dr H Zainal Abidin, MAg menyebut bahwa fenomena alam gerhana matahari total (GMT) 9 Maret 2016 merupakan sunatullah. Dia menjelaskan, jika GMT benar terjadi, fenomena itu merupakan salah satu bentuk kekuasaan Allah yang ditunjukkan kepada manusia di muka bumi untuk mengakuinya.

"Terjadinya gerhana di bumi, tidak lain sebagai intervensi Sang Pencipta untuk menyatakan kekuasaannya kepada manusia di bumi," ungkap Prof Zainal Abidin saat memaparkan materi tentang GMT 9 Maret dalam tinjauan Islam pada seminar GMT di Auditorium IAIN Palu, Kamis (3/3).

Ia menjelaskan, GMT sebagai bentuk kekuasaan Tuhan sejalan dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, yang berbunyi, "Sesungguhnya matahari dan bulan keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya tidak gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya, akan tetapi Allah hendak membuat gentar para hamba-Nya."

Rektor IAIN Palu itu mengatakan, terdapat suatu riwayat yang menceritakan bahwa telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW, yaitu pada wafatnya Ibrahim (putra Nabi).

Mengutip riwayat Bukhari-Muslim, dia menjelaskan, kaum Muslim pada masa itu kemudian berkata bahwa terjadinya gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim atau putra Nabi Muhammad SAW. Atas adanya anggapan tersebut, kemudian Rasulullah SAW Bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan itu tidak gerhana karena wafatnya seseorang dan tidak karena hidupnya seseorang. Maka, apabila kalian melihat (kejadian gerhana), maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah."

"Dari dua hadis di atas, jelas memberikan penekanan kepada kita umat Islam bahwa gerhana yang terjadi sebagai fenomena alam merupakan suatu sunatullah sebagai salah satu bagian kekuasaan Allah," ujarnya.

Dengan demikian, sebut dia, jika tidak mengalami perubahan atau atas kehendak sang kuasa GMT 9 Maret terjadi, dianjurkan kepada umat Islam untuk melaksanakan shalat gerhana dan memanjatkan doa sebanyak-banyaknya kepada Allah.

Selain sebagai bentuk pengakuan umat Islam atas kekuasaan Allah, juga sebagai bentuk untuk memohon kepada Allah agar terhindar dari hal-hal negatif yang terjadi disebabkan adanya gerhana matahari.

"Berdasarkan Alquran, bulan dan matahari telah memiliki koridornya atau peredarannya, oleh karenanya jika terjadi gerhana, itu artinya keduanya atau salah satunya tidak sedang berada pada koridornya atau peredarannya. Untuk itu, perlu ada shalat untuk memanjatkan doa kepada Allah," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement