Sabtu 05 Mar 2016 03:10 WIB

Kepengurusan Baru Golkar Harus Membuat Kesepakatan Sejak Awal

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
 Aburizal Bakrie (kanan) bersama Agung Laksono saat menghadiri rapat konsolidasi  persiapan Munaslub di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Kamis (4/2). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Aburizal Bakrie (kanan) bersama Agung Laksono saat menghadiri rapat konsolidasi persiapan Munaslub di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Kamis (4/2). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ali Munhanif mengatakan, pemimpin Partai Golkar mestinya muncul dari kalangan aktivis atau yang tidak menjadikan partai sebagai perpanjangan bisnis dan hanya mencari keuntungan. Tanpa itu, menurut dia, Golkar akan benar-benar mengalami defisit elektrolal secara signifikan.

"Kader-kader di daerah-daerah akan semakin terserap ke dalam partai-partai baru yang mungkin mempunyai irisan ideologis dengan Golkar," kata Ali saat kepada Republika.co.id, Jumat (4/3).

Ali mengatakan kalau pun nantinya para pemilik suara di Munaslub Golkar memilih jaringan lama, harus ada kesepakatan sejak awal. Sehingga, pemimpin yang terpilih harus merangkul semua kelompok-kelompok yang selama ini tercerai berai di bawah kepimpinanan Aburizal Bakrie.

"Kalau pun nantinya jaringan lama itu yang memimpin, maka harus ada kesepakatan bersama untuk merangkum semua kepentingan-kepentingan ideologis, material, elektoral yang selama ini bertabrakan, tapi dibiarkan oleh Aburizal Bakrie," kata Ali.

Ali juga berpendapat, siapa pun nantinya yang terpilih sebagai pimpinan partai berlambang pohon beringin tersebut, harus dipaksa membuat deklarasi tentang pentingnya rekonsiliasi sebagai cara untuk membangkitkan kembali Golkar. Terlebih, Golkar menurut Ali, sejak masa reformasi adalah satu-satunya partai yang bisa mewakili Indonesia.

"Dari segi kedaerahan, paling menyebar suara-suaranya. Dari segi ideologi, Golkar yang paling bisa mengakomodasi berbagai konflik ideologi Tanah Air," kata Ali.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement