REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, Hari Peduli Sampah Nasional merupakan bentuk kesedihan dan balas dendam atas sikap ketidakpedulian masyarakat terhadap sampah.
"Peringatan HPSN jangan diperingati seperti hari lain dalam bentuk kegembiran, melainkan ini kesedihan dan balas dendam. Membalas kesalahan kita yang memperlakukan sampah dengan tidak peduli," kata Wapres dalam Peringatan HPSN Tahun 2016 di Celebes Convention Center Makassar, Sabtu (5/3).
Wapres menjelaskan HPSN memang ditujukan untuk mengingat kembali peristiwa longsor yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Bandung pada 21 Februari 2005, yang menewaskan 143 jiwa. "Kita semua di sini datang untuk berjanji tidak mengulangi kejadian itu, kita tidak datang untuk bergembira melainkan untuk menghindari kejadian musibah seperti 11 tahun yang lalu itu," jelasnya.
Longsor di TPA Leuwigajah 11 tahun lalu disebabkan oleh banyaknya sampah yang tidak dikelola dengan baik, sehingga menggunung dan menyebabkan longsor ketika turun hujan disertai ledakan akibat gas dari tumpukan sampah tersebut.
Kejadian itu semakin disayangkan karena terjadi di Bandung, di mana banyak terdapat orang yang memahami ilmu penataan kota di Institut Teknologi Bandung.
Karena itu, Wapres pun meminta pemerintah daerah, khususnya kabupaten dan kota, lebih memperhatikan lagi pengelolaan sampah di daerah masing-masing. "Ini menjadi penting karena melibatkan semua pihak. Apalagi (longsor) waktu itu di Bandung, dimana banyak ahli-ahli planologi dan ahli dari ITB, tetapi memperlakukan daerahnya dulu seperti itu, sampai ketinggian sampah mencapai 50 meter dan begitu ada hujan langsung roboh," jelasnya.