Sabtu 05 Mar 2016 20:15 WIB

Akibat Harga Beras dan Cabai, Inflasi Sumbar Meroket

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Achmad Syalaby
Inflasi (ilustrasi)
Inflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Laju inflasi Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) meningkat signifikan. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumbar mencatat, laju inflasi bulanan pada Februari sebesar 0,73 persen (mtm). Lebih tinggi dibandingkan dengan Januari 2016 sebesar 0,05 persen (mtm).

Wakil Ketua Tim Teknis TPID Provinsi Sumbar, Bimo Epyanto mengungkapkan, secara tahunan, laju inflasi Sumbar berada pada level 5,95 persen (yoy). Sementara secara tahun berjalan mencapai 0,78 persen (ytd).

"Besaran inflasi itu, Sumatra Barat tercatat sebagai provinsi dengan inflasi bulanan (mtm) tertinggi secara nasional," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (5/3).

Hal tersebut, ujar Bimo, menunjukkan secara historis inflasi Sumbar cenderung memiliki fluktuasi yang tinggi. Kondisi tersebut, menurutnya, menjadi anomali di tengah kondisi nasional yang umumnya mengalami deflasi bulanan sebesar -0,09 persen (mtm). Sedangkan kondisi regional Sumatra yang juga mengalami inflasi yang rendah.

Kemudian, ia berujar, secara spasial, inflasi Kota Padang bertolak belakang dengan Bukittinggi. Kota Padang, Bimo menjelaskan, mengalami inflasi sebesar 0,86 persen (mtm) dan berada pada posisi kedua dari seluruh kota yang mengalami inflasi secara nasional. Sementara Bukittinggi, tercatat deflasi -0,21 persen (mtm) atau berada pada posisi ke-30 dari seluruh kota yang mengalami deflasi secara nasional.

Komoditas kelompok pangan atau volatile food, Bimo mengatakan, menjadi sumber utama tingginya tekanan inflasi di Sumbar. Inflasi bulanan akibat kelompok pangan ini sebesar 1,51 persen. Sementara inflasi kelompok harga barang-barang yang diatur pemerintah  sebesar 0,87 persen dan inflasi inti sebesar 0,28 persen.

“Komoditas beras dan cabai merah kembali memberikan sumbangan tinggi, seiring dengan curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi di beberapa sentra produksi di Sumbar,” kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement