REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Balai Besar Meterologi, Klimatologi dan Geofisika WIlayah V menyatakan Provinsi Papua berapada pada urutan ketiga dalam jumlah gempa per tahunnya. Papua diguncang sebanyak 495 kejadian gempa.
Staf Pelayanan Jasa Balai Besar Meterologi, Klimatologi dan Geofisika WIlayah V Agung Sabtaji, mengatakan, Provinsi Papua dan Papua Barat bahkan memiliki tingkat aktivitas gempa yang cukup tinggi.
"Sedangkan untuk tingkat keaktifan gempa berdasarkan zona tektoniknya dari urutan satu sampai tiga adalah Sesar Sorong, Lajur Anjak Mamberamo bagian timur dan Subdukdi utara Papua," katanya, Senin (7/3).
Menurut Agung, wilayah Papua dan Papua Barat seperti Biak, Yapen, Nabire, Dogiyai, dan Deiyai memiliki perulangan gempa relatif lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lain di dua provinsi tersebut. "Gempa besar yang merusak, dapat diperkirakan prakiraan periode perulangan gempanya secara statistik," ujarnya.
Dia menjelaskan periode ulang dengan gempa-gempa besar di antaranya gempa bumi Jayapura 1971 magnitudo 7,7 Mw, Oksibil 1976 magnitudo 7,1 Mw, Biak 1996 magnitudo 8,2 Mw, Ransiki 2002 magnitudo 7,6 Mw, Nabire 2004 magnitudo 7,1 Mw, Manokwari 2009 magnitudo 7,9 Mw dan Yapen 2010 magnitudo 7,1 Mw.
"Diharapkan agar tidak panik dengan forecast (prakiraan secara statistik) tersebut di mana masih tergantung dengan kelengkapan data 1914-2015 dan siklus gempa besar bisa lebih dari 100 tahun," katanya. Dia menambahkan, rata-rata Indonesia mengalami 5.381 kejadian gempa tiap tahunnya, di mana Papua mencapai 495 kejadian dan Papua Barat 331 kejadian per tahunnya.