REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bank sentral Bangladesh, Senin (7/3), menyebutkan rekeningnya di Bank Sentral Amerika telah dibajak dan uangnya dicuri. Namun, sebagian dana yang sempat terendus berada di Filipina telah berhasil dipulihkan.
Bank Sentral Amerika di New York, yang mengelola akun itu membantah sistem mereka telah dibajak tapi tidak menyebutkan apakah dana tersebut sempat keluar dari rekening, Reuters mengutip sumber rahasia. Bank Bangladesh menegaskan pihaknya tengah bekerja bersama otoritas antipencucian uang di Filipina.
Bangladesh tidak menyatakan tegas berapa banyak uang yang telah dicuri dan juru bicara pun menolak memberikan komentar. Bank sentral Bangladesh memiliki sekitar 28 miliar dolar AS dalam bentuk cadangan devisa dalam bentuk mata uang asing.
"Hingga saat ini, tidak ada bukti adanya upaya menerobos sistem di Federal Reserve yang terkait dengan pertanyaan soal pembayaran, dan tidak ada bukti sistem Fed bisa diterobos," kata juru bicara Fed di New York.
Ia menolak berkomentar soal apakah kantor Bank Sentral Amerika di New York tengah menyelidiki klaim yang diajukan oleh mitranya di Bangladesh. Sekitar 250 bank sentral, pemerintahan, dan institusi lain memiliki akun internasional di New York Fed, yang nyaris menjadi pusat sistem finansial global.
Rekening-rekening itu mayoritas disimpan Kementerian Perbendaharaan Negara Amerika dan dalam bentuk uutang lembaga, permintaan dana muncul dan diautentifikasi dengan jaringan SWIFT yang menghubungkan sesama bank. Komputer Fed pernah dibajak sebelumnya termasuk di 2014 oleh seorang warga Inggris yang berhasil mengakses mesin penyedia bank sentral dan mengunggah ke publik berbagai informasi dari para pemilik rekening.