REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedatangan delegasi negara-negara yang menjadi anggota Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (KTT OKI) dinilai memberikan dampak baik terhadap kerja sama di sektor energi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, sejumlah anggota OKI yang hadir di Jakarta saat ini juga merupakan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Hal ini, kata dia, bisa sekaligus menjadi waktu yang baik untuk melanjutkan pembahasan sejumlah kerja sama dengan negara Timur Tengah yang juga anggota OKI.
"Hubungan kita dengan negara OKI banyak overlap dengan negara OPEC. Waktu KAA membuahkan hasil signifikan bagi kedaulatan energi kita. Karena, negara dengan ketekunan dan ketelatenan baik dalam forum OPEC atau lainnya, menjadi jalan keluar," ujar Sudirman saat membuka rapat kerja dengan Komisi VII DPR, di Jakarta, Selasa (8/3).
Ia menyebutkan, sejumlah anggota OKI telah menyatakan kesanggupannya untuk menjalin kerja sama, termasuk pembangunan kilang, kerja sama perdagangan minyak (impor), dan kerja sama dalam bidang teknologi migas.
Salah satu contohnya, kata Sudirman, adalah Azerbaijan yang saat ini telah menyepakati untuk memasok 1 juta barel minyak per hari ke Indonesia. Ia menyebutkan bahwa sebelum ini rantai perdagangan minyak mentah terlalu panjang dan tidak menguntungkan bagi negara pembeli, seperti Indonesia. Tak hanya itu, Iran juga telah sepakat memberikan diskon atas impor minyak mentah Indonesia.
"Misal Azerbaijan, dulu crude banyak proses dan rantainya sekarang dapat langsung 1 juta barel per hari. Iran deal LPG dengan diskon signifikan, mencapai 25 dolar minusnya dari harga pasar," ujarnya.
Sudirman juga menyebutkan bahwa Arab Saudi telah memberikan sinyal positif untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia. Rencananya, mereka akan memindahkan cadangan minyak mereka yang setara dengan 1 bulan cadangan ke Indonesia, dengan syarat Indonesia berhasil bangun kilang minyak.
"Kuwait juga sudah mau follow up," kata dia.