REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengungkapkan, pihaknya bertemu dengan Kaukus Pancasila untuk membahas tentang konflik di masyarakat yang sering mengatas namakan agama.
Badrodin mengatakan, anggota yang menangani kasus atau konflik berbasis agama ada dua golongan. Yaitu, anggota yang paham dan tegas dalam menghadapi konflik tersebut dan anggota yang tidak paham.
Ia berujar, anggota yang tidak paham kemudian dihadapkan untuk berargumentasi soal agama, tentu saja akan kalah dengan mereka yang paham. Di samping itu, kata dia, tidak menutup kemungkinan juga tidak sedikit penceramah agama yang memasukkan dalam ceramahnya tentang ujaran kebencian.
"Banyak juga hate speech dalam ceramah agama. Kalau kami dibawa ke argumentasi agama kami tidak bisa, kalau argumentasi hukum kami bisa," ujarnya. Untuk konflik semacam ini, kata dia, tentu tokoh agamalah yang lebih pantas. Dia menjelaskan, mereka yang tentu lebih paham tentang situasi yang sedang terjadi.
"Nah, kalau konflik seperti itu, siapa yang seharusnya maju? Kan tokoh agamanya," ujar Badrodin. Menurut dia, untuk mencegah konflik yang berbasis agama tersebut, perlu diberikan edukasi pada masyarakat Indonesia. Bahwa mereka hidup di tengah keberagaman suku, adat, agama, dan budaya.
"Karena akar masalahnya itu, mereka harus paham bahwa hidup bernegara ada konstitusi yang harus dijunjung tinggi. Mereka juga punya keyakinan agama, nah bagaimana cara menyinkronkan itu," kata dia.