REPUBLIKA.CO.ID, SIDNEY -- Seorang ahli biologi satwa liar dari Murdoch University, Trish Fleming melakukan analisis terhadap 1.400 penelitian yang didanai pemerintah sejak tahun 1901. Dari analisisnya didapatkan, jika hewan pengerat di Australia kurang diminati untuk dijadikan kajian ilmiah.
"Pendanaan penelitian hewan besar iconic dan menarik perhatian orang (lebih difokuskan), karena mereka lucu dan kharismatik," kata Fleming, Selasa (8/3), seperti dilansir www.reuters.com. "Ini sangat sulit untuk membuat daya tarik wisata dari hewan pengerat."
Fleming menuturkan Australia memiliki beberapa jenis kelelawar yang unik telah punah. Namun tidak seorang pun, melihat hal tersebut sebagai sebuah ancaman.
Memang para peneliti lebih melihat Koala dan Kanguru menjadi pusat perhatian mereka. Sebab kegelamoran hewan tersebut, lebih menjanjikan untuk menarik minat wisatawan.
Dia menerangkan Marsupial dan Platypus berparuh bebek yang satu-satunya mamalia bertelur telah menarik 77 persen penelitian dalam periode tersebut.
"Namun kelelawar asli dan hewan pengerat yang memliki kerabat jauh di benua Asia, juga masih perlu menjadi studi penting untuk bahan studi dan upaya konservasi spesies unik di Australia," kata dia.
Flemming mencontohkan hewan Microbats yang berguna dalam mengelola populasi serangga. Namun dia melihat hampir tidak ada penelitian tentang mereka.
Mammal Review Journal menyebutkan angka penelitian kelelawar dan hewan pengerat asli Australia hanya berjumlah 11 persen. Meskipun mereka (pemerintah) membuat seolah-olah angka penelitian sejak 1901 sekitar 45 persen.