REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) berencana mengadakan konferensi pemuda Internasional. Acara digagas bertepatan dengan milad IMM ke-52. Acara yang direncakanan bakal dihadiri 52 negara itu akan digelar pada 13-16 Maret 2016.
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri DPP IMM, Ela Nofitasari mengatakan, Konferensi internasional yang mengusung tema Policing Terrorism : A New Way Of Combating Extremism itu bertempat di gedung Nusantara V, Kompleks Gedung MPR/DPR Senayan. Ketua MPR akan menjadi pembicara utama dalam acara tersebut dan dilanjut dengan konferensi selama dua hari.
"Kami ingin menggagas sebuah solusi yang damai dalam memerangi terorisme dan kami menyebutnya sebagai jalan baru penanggulangan kasus tindak teror. Juga dimeriahkan dengan pagelaran Budaya Nusantara dan Culture Peformance dari 52 Negara,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (8/3).
Sejumlah nama akan mengisi seperti KH Hasyim Muzadi (Ketua PBNU 1992-2002), Abdul, Mu’ti (Sekretaris PP Muhammadiyah), Prof. Buya Syafi’I Ma’arif, Irjen Pol Prof Yanyan Muhammad Yani (UNPAD), Busyro Muqoddas, Komjend Pol. Saud Usman Nasution (Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia).
Juga akan hadir Rita Widyasari (Bupati Kutai Kartanegara). Rahmawati Sukarno Putri, Robert O. Blake, Jr. (Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia) H.E. Paul Grigson (Duta Besar Australia untuk Indonesia) HE Zekeriya Akcam (Duta Besar Turki untuk Indonesia), Beni Pramula (Ketua IMM dan Presiden Asia Africa Youth Government), Tan Taufiq Lubis President of Organitations Islamic Coorperations Youth OIC, Muhiuddin Muhi (Sekretaris Jendral Asian-African Youth Goverment dari Bangladesh) dan sebagainya.
"Tentunya banyak akademisi, dan praktisi akan membahas secara mendalam perspektif baru dalam penanggulangan kasus yang menjadi ancaman peradaban manusia di masa depan," kata Ela.
Ela menambahkan, pengalaman Indonesia dalam menangani tindak terorisme telah banyak mendapat pujian oleh masyarakat internasional. Namun demikian, banyak juga kritik yang dilontarkan oleh para tokoh nasional terhadap cara penanganan tersebut yang dirasa kurang efektif. Persoalan terorisme adalah kasus yang sangat sensitif yang dapat dengan mudah mengusik rasa kemanusiaan dan keadilan bagi setiap anak bangsa.
"Terlebih apabila penanganannya menggunakan kekerasan yang menimbulkan korban jiwa dan menimbulkan keresahan sosial yang amat luas/" ujarnya.
Ketua Umum DPP IMM Beni Pramula mengatakan, pada Milad ke-52 IMM ingin memberikan perspektif baru pada dunia, kesepahaman bersama dan mengajak untuk ber’itikad bersama. "Bahwa Islam adalah Agama yang rahmatan lil alamin, agama yang damai untuk kehidupan berbangsa dan bernegara di belahan dunia mana pun," ujarnya. IMM, kata dia, percaya bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan dan kekerasan, terorisme, ancaman, radikalisme tidak dibenarkan oleh agama mana pun.