REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ahli astronomi Institut Teknologi Bandung Suhardja Wiramihardja berpendapat cara melihat terbaik gerhana matahari total (GMT) saat di tahapan totalitas adalah tanpa kacamata atau alat pelindung mata.
"Gerhana matahari total paling indah dilihat langsung tanpa kacamata saat totalitas. Nanti akan terlihat korona dan fenomena lain yang tidak dapat dilihat selain saat GMT berlangsung," kata Suhardja di sela-sela ekspedisi GMT ke Belitung di kapal Pelni KM Kelud, area Laut Jawa, Selasa (8/3).
Menurut dia, GMT saat totalitas tidak akan indah jika dilihat dengan pelindung mata atau menggunakan media bantu seperti pantulan air atau kamera lubang jarum. Kendati demikian, astronom ITB ini mengingatkan masyarakat untuk tetap menggunaan pelindung mata atau media bantu. Penggunaan alat bantu ini dilakukan saat piringan bulan dan matahari mulai beririsan dan saat akan memisah.
Dengan kata lain, kacamata filter dan alat bantu lain harus dipakai di selain waktu GMT dalam fase totalitas.
"Saat proses kontak awal sampai fase total itu pakai kacamata dan saat totalitas berakhir juga," katanya.
Menurut dia, dari dua fase selain saat totalitas itu yang paling berbahaya adalah ketika GMT akan berakhir. Harus cermat juga dalam mengamati GMT saat totalitas yaitu segera menggunakan pelindung begitu terjadi penampakan matahari.
"Saat matahari hampir keluar dari totalitas kita harus pakai pelindung. Ini tahapan paling bahaya karena pupil mata beralih dari bukaan besar menuju kecil itu pelan. Dengan begitu, cahaya matahari akan terlalu banyak masuk ke retina dan bisa membahayakan mata," kata dia.
Gerhana matahari total, kata dia, merupakan proses yang memukau untuk disaksikan tetapi harus dilihat dengan cara yang baik dan benar agar tidak menyebabkan maslaah kesehatan.