REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Tenaga Kerja M. Hanif Dakhiri mengajak masyarakat Indonesia untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan penuh optimis. Sekalipun persaingan dunia ketenagakerjaan akan lebih ketat.
Indonesia, ujar dia, memiliki peluang yang besar untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lainnya. "MEA harus dilihat secara optimis, ini peluang dalam rangka meningkatkan daya saing tenaga kerja kita," ujarnya, Selasa, (8/3).
Masyarakat, kata Hanif, tak perlu takut dengan keberadaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dengan diberlakukannya MEA. TKA yang datang ke Indonesia merupakan TKA yang telah memenuhi persyaratan ketat.
Selain itu, tidak semua posisi dan ruang kerja dapat diisi oleh TKA. Saat ini banyak banyak pandangan yang kurang tepat di tengah-tengah masyarakat Indonesia dengan anggapan bahwa liberalisasi dalam MEA ini akan membuka peluang bagi TKA untuk mudah masuk ke Indonesia dan bekerja di semua sektor.
Apalagi, ujar dia, tenaga kerja Indonesia tidak kalah kompetitif dari tenaga kerja negara-negara lain. Ia mencontohkan tester tembakau yang melakukan penilaian terhadap kualitas tembakau.
Tester tembakau tersebut memiliki kompetensi untuk menilai kualitas tembakau berdasarkan pengalaman mereka. Namun, secara kualifikasi mereka dinilai kurang profesional karena tidak memiliki sertifikat profesi tester tembakau.
Berbeda halnya di Negara-negara lain, tester merupakan salah satu jabatan profesi yang prestisius.
"Petani tembakau di Temanggung dan Wonosobo misalnya dengan menyentuh dan mencium daun tembakau saja mereka sudah tahu kualitasnya. Mereka punya kompetensi di situ, hanya saja tidak tersertifikasi," kata Hanif.