Rabu 09 Mar 2016 11:18 WIB

Sepinya Bali Saat Nyepi

Red: Achmad Syalaby
Anggota Pecalang atau satuan pengamanan adat Bali memantau situasi jalan pantai saat pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Pantai Kuta, Bali, Senin (31/3).
Foto: Antara/Wira Suryantala
Anggota Pecalang atau satuan pengamanan adat Bali memantau situasi jalan pantai saat pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Pantai Kuta, Bali, Senin (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pulau Bali yang dihuni hampir empat juta jiwa dan ribuan wisatawan mancanegara sedang menikmati liburan di Pulau Dewata, Rabu (9/6) tampak sunyi senyap. Umat Hindu melaksanakan ibadah Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1938.

Perayaan tahun baru saka kali ini cukup istimewa karena bertepatan dengan terjadinya fenomena langka yakni gerhana matahari total (GMT).Umat Hindu mengurung diri melaksanakan ibadah tapa brata yakni empat pantangan yang wajib dilaksanakan sekaligus melakukan introspeksi diri selama 24 jam sejak pukul 06.00 Wita sebelum matahari terbit hingga pukul 06.00 waktu setempat keesokan harinya, Kamis (10/3).

Tapa Brata Penyepian tersebut meliputi amati karya (tidak bekerja dan aktivitas lainnya), amati geni (tidak menyalakan api), amati Lelungan (tidak bepergian) dan amati Lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu, tanpa hiburan/bersenang-senang).

Hari Suci Nyepi bertepatan dengan GMT. Sesuai kesepakatan bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKAUB) di Bali, umat Islam tetap dapat melaksanakan shalat gerhana di masjid dan mushalla terdekat, seperti yang diungkapkan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, selama Nyepi.