REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pulau Bali yang dihuni hampir empat juta jiwa dan ribuan wisatawan mancanegara sedang menikmati liburan di Pulau Dewata, Rabu (9/6) tampak sunyi senyap. Umat Hindu melaksanakan ibadah Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1938.
Perayaan tahun baru saka kali ini cukup istimewa karena bertepatan dengan terjadinya fenomena langka yakni gerhana matahari total (GMT).Umat Hindu mengurung diri melaksanakan ibadah tapa brata yakni empat pantangan yang wajib dilaksanakan sekaligus melakukan introspeksi diri selama 24 jam sejak pukul 06.00 Wita sebelum matahari terbit hingga pukul 06.00 waktu setempat keesokan harinya, Kamis (10/3).
Tapa Brata Penyepian tersebut meliputi amati karya (tidak bekerja dan aktivitas lainnya), amati geni (tidak menyalakan api), amati Lelungan (tidak bepergian) dan amati Lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu, tanpa hiburan/bersenang-senang).
Hari Suci Nyepi bertepatan dengan GMT. Sesuai kesepakatan bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKAUB) di Bali, umat Islam tetap dapat melaksanakan shalat gerhana di masjid dan mushalla terdekat, seperti yang diungkapkan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, selama Nyepi.
Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Kota Denpasar, Bali Drs Haji Saefudin, M.Pd.I menambahkan, shalat tersebut sebelumnya telah dikoordinasikan oleh masing-masing masjid dan mushalla dengan petugas keamanan desa adat (pecalang) sekitarnnya. Pecalang memberikan kesempatan lewat kepada yang melakukan shalat mulai 07.30 hingga pukul 09.00 waktu setempat.
Untuk itu mereka yang shalat wajib mengenakan busana khas ibadah dan berjalan kaki dari rumah ke masjid terdekat serta tidak menggunakan pengeras suara.Kota Denpasar, tempat-tempat wisata dan pusat perekonomian lainnya yang sehari-hari diwarnai kemacetan lalulintas berubah total menjadi sepi dan sunyi, bagaikan pulau tanpa penghuni, saat umat Hindu mengurung diri melaksanakan ibadah tapa brata penyepian.