REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) meyakini jika BPR tetap dapat mempertahankan nasabah loyalnya meski digempur dengan banyaknya produk-produk bank umum dengan suku bunga kredit yang lebih murah.
Ketua Perbarindo, Joko Suyanto mengatakan, ada dua hal yang harus ditingkatkan oleh BPR agar dapat tetap mempertahankan nasabah loyalnya.
“Kalau kita digempur khususnya dengan produk-produk bank umum ini yang sampai dengan mikro ya kita harus meningkatkan, tentunya efisiensi yang jauh lebih baik dan uniqueness (keunikan) dari BPR,”kata Joko Suyanto pada Republika.co.id, Rabu (9/3).
Menurut Joko, meski suku bunga kredit BPR termasuk tinggi, yaitu rata-rata di atas 10 persen, namun keunikan BPR sebagai community bank merupakan hal yang dapat mempertahankan eksistensi BPR. BPR memiliki cabang hingga pelosok daerah dengan proses yang sangat sederhana serta cepat. Apalagi selama ini pendekatannya personal approach, yang berarti dekat dengan masyarakat.
Ia meyakini, jika bank-bank umum tidak dapat menyaingi pangsa pasar BPR dalam kredit mikro karena overhead cost yang tinggi. “Saya selalu yakin BPR punya market sendiri, dimana bank-bank umum itu terjun terlalu mikro juga tidak ekonomis. Karena kalau memelihara kas produk mikro itu overhead costnya tinggi, butuh manusia yang begitu banyak. Emang paham bank umum? Kan nggak. Itu memang pangsanya BPR,”tuturnya.
Selain dengan mempertahankan keunikan BPR serta efisiensi, pihaknya juga menggandeng salah satu bank BUMN yaitu Bank Negara Indonesia (BNI) untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurutnya, KUR ini merupakan sebuah tantangan bagi BPR. Apabila pemerintah memiliki target menyalurkan KUR sebesar Rp 100 triliun-120 triliun, tentunya BPR pun harus ikut menyalurkan.
“Oleh karenanya Perbarindo menginisiasi supaya BPR itu bisa menyalurkan KUR, kita sudah kerja sama dengan BNI di dalam program penyaluran kredit KUR, yang skema-nya sama persis dengan KUR yang sekarang ini,” ujarnya.
Kerja sama tersebut disepakati pada akhir Februari 2016 lalu. Kerja sama ini dilakukan dengan pola linkage. Dana KUR dari BNI akan disalurkan melalui BPR dengan suku bunga yang tetap. “Jadi dari BNI 9 persen, kita menyalurkan ke masyarakat juga 9 persen. Jadi polanya seperti itu. Kita tidak bisa menambahkan margin, marginnya nanti tinggal subsidi dari pemerintah, itu yang kita bagi-bagi dengan BNI,” tuturnya.
Melalui kerja sama ini, pihaknya menargetkan peningkatan kredit sebesar 15 persen dari 2015 yang berjumlah Rp 75 triliun.