REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pelaksanaan shalat gerhana matahari di Bali berjalan tertib dan khusyuk. Kendati berbarengan dengan pelaksanaan Nyepi, pelaksanaan shalat gerhana tetap berlangsung dan tidak saling mengganggu.
"Kami melaksanakan shalat gerhana dengan tetap menghormati ummat Hindu yang melaksanakan Nyepi," kata Aliyatul Himmah pada Republika.co.id, Rabu (9/3).
Sejumlah masjid di seluruh Bali membuka pintu untuk ummat Islam yang hendak menunaikan shalat gerhana. Mereka yang ikut shalat berjamaah adalah warga yang tingal disekitar masjid, sehingga bisa mendatangi masjid dengan berjalan kaki.
Pria yang akrab disapa Aang itu mengatakan, sudah sejak lama umat Islam dan umat Hindu hidup berdampingan dengan sikap saling menghormati. Di Jembrana sebut Aang, rasa persaudaraan itu lebih terasa lagi, bahkan ribuan umat Islam hadir ke Masjid Jamik Mujahidin, Loloan Barat, Negara, Jembrana Bali saat shalat gerhana.
"Suasananya sangat khas, meriah, tapi sangat khusyuk," kata guru sebuah SMK di Denpasar yang berasal dari Kabupaten Jembrana ini.
Di Denpasar Bali, sejumlah masjid juga menggelar shalat gerhana. Di Masjid Al Ikhlas Denpasar, hadir puluhan warga yang tinggal di sekitar masjid untuk melaksanakan shalat gerhana. Bertindak sebagai imam ustadz Nur Zaenuddin dan sebagai imam ustandz Junaidi.
Hanya saja di Desa Pakraman/Dusun Panca Pertha, sempat ada larangan ummat Islam yang hendak melaksanakan shalat gerhana di musalah oleh petugas setempat. Namun setelah diberi penjelasan, bahwa ada keputusan bersama antara majelis-majelis agama soal pelaksanaan shalat gerhana, pelaksanaan shalat gerhana akhirnya dibolehkan.
"Tentunya kami datang ke musalah dengan berjalan kaki, tidak berisik agar teman-teman Hindu yang sedang melaksanakan Nyepi tidak terusik," kata Dimas, warga setempat.