REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Gerhana matahari yang berlangsung pada Rabu (9/3) pagi memengaruhi suasana di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.
"Diperkirakan karena kondisi yang tiba-tiba menjadi redup, satwa-satwa itu kaget sehingga hanya berdiam saja. Biasanya selalu terdengar suara satwa bersahutan, dan burung merpati berkeliaran," kata Kurator TMSBK Bukittinggi, Ira, Rabu (9/3).
Ia mengatakan karena satwa yang hanya berdiam tersebut membuat suasana di TMSBK menjadi lebih hening daripada suasana biasa pagi hari. "Namun pada umumnya, berdasarkan hasil pantauan, perilaku satwa tidak terpengaruh oleh gerhana matahari pagi tadi," ujarnya.
Menurutnya satwa-satwa tersebut sudah terbiasa dengan kondisi cuaca di Bukittinggi yang sering mendung sehingga tidak terlalu sensitif ketika kondisi meredup saat gerhana matahari tersebut.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang Rahmat Triyono, menginformasikan bahwa gerhana matahari total melintasi 12 provinsi di Indonesia.
Provinsi yang dilintasi gerhana matahari total yakni Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
"Secara umum, puncak gerhana di Sumbar terjadi pada pukul 07.20 WIB dan gerhana akan berakhir pada pukul 08.27 WIB," lanjutnya.
Durasi gerhana yang teramati di Sumbar rata-rata adalah 2 jam 6 menit. Namun, dalam realisasinya durasi gerhana yang akan teramati di setiap kota akan kurang dari waktu tersebut, mengingat waktu kontak awal gerhana terjadi sebelum matahari terbit.