REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai akar budaya masyarakat Kota Bekasi saat ini sudah hilang. Hilangnya akar budaya itu karena dominasi para pendatang.
"Masyarakat Kota Bekasi saat ini sudah sangat metropolis dengan pesatnya pembangunan infrastruktur dan juga pertumbuhan ekonominya," katanya di Bekasi, Rabu (10/3).
Hal itu dikatakan Yayat berkaitan dengan momentum hari jadi ke-19 Kota Bekasi yang akan jatuh, Kamis (10/3). Menurut dia, Kota Bekasi saat ini dihuni sekitar 2,4 juta jiwa yang berlatar belakang multietnis, warga asal Jawa saat ini mendominasi dengan total 33 persen.
Adapun suku Betawi yang merupakan warga asli Kota Bekasi saat ini tinggal tersisa 28 persen dan kemudian disusul oleh suku Sunda sebanyak 18 persen. Menurut Yayat, kehadiran pendatang itu sudah semestinya dikelola pemerintah hingga bisa menanamkan nilai karakter kultur Kota Bekasi.
"Pemerintah harus bisa memunculkan imej simbolik agar pendatang memiliki identitas kehidupan bangga menjadi warga Kota Bekasi," ujarnya.
Dia mencontohkan, masyarakat DKI Jakarta yang saat ini sudah sangat heterogen merasa bangga mengaku sebagai warga setempat. "Kalau warga Jakarta, mereka sangat bangga dengan daerahnya, mungkin saat ini hanya sebagian warga Bekasi saja yang seperti itu," katanya.
Rasa bangga terhadap daerah tersebut akan mendorong masyarakat dan kaum pendatang terpacu turut membangun kotanya.