REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Seorang bocah, Natasya (8 tahun), korban runtuhnya Hotel Club Bali di Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (9/3), selamat dalam pelukan sang ayah, Sutanto. Natasya langsung dibawa ke RSUD Cimacan guna mendapatkan pertolongan medis. Korban mengalami luka patah di bagian kaki dan luka lecet di beberapa bagian tubuhnya.
Saat menjalani perawatan, dia selalu menanyakan ayahnya, bahkan dia terlihat menangis sambil melambaikan tangan ke arah pintu ruangan tempat dia dirawat. Lany, sang ibu, mencoba menenangkan anaknya tersebut sambil berharap suaminya, Sutanto, dapat dievakuasi dengan selamat.
Saat peristiwa terjadi, ia mengaku sedang berada di lantai atas kamar yang ditempati anak, suami, dan baby sister-nya untuk memastikan orang tuanya yang ikut berlibur bersama mereka sudah nyaman di kamarnya. "Saya dan kedua orang tua saya berhasil selamat karena kamar mereka berada di atas kamar kami. Saya sempat melihat tembok bergeser dan lantai yang kami pijak ambruk. Seketika itu, saya seperti melayang karena tubuh saya dan orang tua saya terpental keluar kamar," katanya.
Sesaat tersadar, dia mendapati bangunan hotel bagian dasar ambruk dan menimpa penghuni yang ada di dalamnya. Lany mengatakan, sempat tidak dapat bernapas dan tidak sadarkan diri karena anak, suami, dan baby sitter-nya masih berada di dalam kamar.
"Saya tidak ingat apa-apa ketika melihat kamar yang mereka tempati nyaris rata dengan tanah. Saya sadar sudah ada di dalam ambulans, saat sadar saya mencari anak dan suami saya, namun petugas melarang saya untuk masuk ke dalam reruntuhan hotel," katanya.
Meskipun sempat panik dan berharap kedua orang yang dicintainya selamat, Lany akhirnya pasrah karena melihat bangunan yang ambruk nyaris rata dengan tanah dan kedua orang yang dicintainya sudah tertimbun selama 12 jam.
Hingga akhirnya menjelang sore, tangis bahagia Lany pecah ketika mengetahui anak semata wayangnya, Natasya, selamat dan berhasil dievakuasi. Dia berharap keajaiban akan diberikan pada suaminya.
"Saya berharap suami saya juga selamat, dia sudah menyelamtkan anak kami," katanya.
Sementara, hingga malam menjelang, tim gabungan memastikan nyawa Sutanto, dr Budi, dan dr Meliyani tidak dapat tertolong karena petugas memastikan ketiganya sudah tidak bernyawa sebelum proses evakuasi dihentikan. Tubuh ketiga korban sudah tidak bergerak, tangan mereka sudah dingin.
Kapolres Cianjur AKBP Asep Guntur Rahayu mengatakan, sebelum tim gabungan mengangkat tubuh Dewi dari dalam reruntuhan, pihaknya telah menemukan posisi Sutanto yang terjepit atap kamar yang terbuat dari beton. Korban sudah tidak bergerak dan tubuhnya sudah mulai dingin, begitu pula dengan dua korban lainnya.
"Tipis harapan ketiga orang korban masih hidup, terakhir kami pastikan tubuh ketiga korban sudah tidak bergerak dan tubuhnya sudah mulai mendingin. Kami menghentikan proses evakuasi setelah berunding dengan keluarga korban karena faktor cuaca hujan turun dengan deras," ujar dia.
Dia menjelaskan, pertama kali tim gabungan berhasil mengevakuasi tubuh Natasya dari dalam reruntuhan di mana tubuh anak perempuan itu tertindih dalam pelukan tubuh ayahnya. Tangan Sutanto terlihat menahan atap beton yang ambruk untuk menyelamatkan anaknya.
"Rekan-rekan bisa lihat foto posisi tangan sang ayah yang berusaha menahan atap beton agar anaknya selamat. Menjelang siang kami masih melihat ada gerak tubuh korban, tapi menjelang sore tidak ada sama sekali," ucap dia