REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI TAW -- Empat orang kandidat presiden Myanmar selanjutnya telah ditentukan pada hari ini, Kamis (10/3). Partai pemenang pemilu Myamar, National League for Democracy (NLD) menunjuk dua nama kandidat untuk pemilihan presiden, Htin Kyaw dan Henry Van Hti Yu.
Htin Kyaw adalah rekan dekat pemimpin NLP, Aung San Suu Kyi sesama lulusan Oxford. Htin Kyaw masuk partai dan jadi bagian dari orang-orang dalam Suu Syi. Kyaw berada di samping Suu Kyi ketika ia dibebaskan dari tahanan rumah pada 2010.
Sementara Henry adalah seorang pejabat majelis tinggi NLD yang berasal dari etnis minoritas Cina. Ia hampir dipastikan jadi salah satu dari dua wakil presiden Myanmar. Penominasiannya adalah simbol untuk dukungan pada kelompok etnis minoritas yang berjumlah sekitar sepertiga populasi.
Dua orang kandidat lainnya berasal dari luar partai berkuasa, yaitu Wakil Presiden Myanmar, Sai Mauk Kham yang dinominasikan oleh Union Solidarity and Development Party (USDP), dan Khin Aung Myint yang dinominasikan oleh parlemen majelis tinggi. Sementara junta belum mengumumkan kandidatnya.
Para kandidat masih butuh persetujuan untuk memastikan mereka masuk kriteria. Pilpres akan digelar pada April, mendatang.
Partai NLD resmi tidak menominasikan pemimpin partai, Aung San Suu Kyi karena terbentur aturan konstitusi. Meski demikian, ia akan tetap jadi pemeran utama dalam pemerintahan Myanmar. Koresponden BBC, John Fisher mengatakan, Htin Kyaw yang merupakan anggota komite eksekutif pusat NLD hampir dipastikan menang.
NLD memegang mayoritas kursi di parlemen, sehingga sebagian besar suara hampir dipastikan jatuh untuk Htin Kyaw. Meski tak jadi kandidat, Suu Kyi sebelumnya sudah menegaskan bahwa ia akan tetap di atas presiden.
Ia gagal mengubah konstitusi yang bisa menjadikannya presiden sehingga harus memilih orang lain. Klausul 59F dalam konstitusi tidak mengizinkan siapa pun yang memiliki keluarga berkewarganegaraan asing untuk maju sebagai kandidat presiden. Anak laki-laki Suu Kyi berkewarganegaraan Inggris.
Pejabat NLD majelis tinggi, Kyaw Thiha mengatakan, presiden baru akan menjalankan perintah dari Suu Kyi. Sehingga siapa pun yang menang dalam pilpres akan jadi presiden boneka. "Ia (Suu Kyi) tidak jadi presiden, tapi itu tidak masalah karena ia akan mengendalikan semuanya. Ia akan jadi satu-satunya yang mengendalikan kita," kata Kyaw Thiha.