REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Arifin ILham
"Allahu Akbar..." Gema takbir itu bergemuruh. Seru-sesak memenuhi ruang utama Masjid Az-Zikra, Sentul, Bogor. Isak tangis jamaah zikir pun pecah, terliputi haru bahagia. Seorang muallaf sebelum berikrar syahadat, dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang sangat spesial.
Ya, ayahandanya. Sosok yang selama ini sering berdebat hebat dan tidak pernah mengizinkannya memeluk Islam, tiba-tiba hadir dalam himpunan jamaah zikir. Tidak untuk menghalangi dan juga tidak untuk sama-sama berikrar syahadat.
Hanya untuk menyaksikan putri cantiknya, Mellisa (24), berbalut hidayah Islam. Sang putri yang ber-KTP Katolik ini hanya bisa terisak dan terbata-bata, “Papa, Mellisa sayang Papa. Maafkan Mellisa yang telah bikin Papa kecewa.”
Subhanallah, getar suaranya telah dipenuhi cahaya tauhid. Rasa sayangnya kepada sang ayah, tidak memupuskan semangat menjemput hidayah-Nya.
Di hadapan puluhan ribu jamaah zikir bulanan itu perempuan yang masih tercatat sebagai mahasiswi Universitas Pelita Harapan ini pun bersyahadat, “Asyhadu allaa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah."
Mellisa pun kini bernama Islam, Fitriya Zuhda, meraih fitrah kesuciaan karena kesungguhannya. Berikutnya, Wahyu Sulastri (47), muallaf kedua, yang menemani Fitriya Zuhda berikrar syahadat, ketika ditanya alasan masuk Islam, ia menjawab, “Karena panggilan hati. Tidak ada paksaan.”
Perempuan Katolik yang mengaku sering belajar diam-diam dari buku, lingkungan tempat tinggalnya dan menyaksikan acara-acara keagaamaan Islam di televisi ini pun menjawab mantap untuk segera berikrar syahadat.
Dikucilkan keluarga bahkan diusir dari rumahnya adalah perlakukan yang sudah diterimanya ketika ia ketahuan hendak memeluk agama Islam. Cukup panjang pergulatan pencarian hidayah Bu Wahyu ini. Sampai akhirnya berketetapan untuk menjadi Muslimah.
Yang berat adalah pertentangan dari keempat anaknya yang masih kuat berpegang pada keyakinan agamanya. Tapi desakan hidayah telah menuntunnya. Sembari berharap agar anak-anaknya juga memeluk jalan Haq, lisan Bu Wahyu pun akhirnya bersyahadat, “Asyhadu allaa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Wahyu Jahidah adalah nama Islamnya yang kental dengan harapan supaya tertuntun wahyu dan menjaga kezuhudannya.Selepas keduanya bersyahadat, dan lalu disambut gema takbir yang berulang dari puluhan ribu jamaah, tiba-tiba menyeruak dalam khidmatnya prosesi pengislaman ini, seorang perempuan paruh baya.
“Ustaz, tolong Islamkan saya juga! Terulang sampai tiga kali. Setelah ditanya alasannya, dan jawabannya hampir sama dengan Fitriya Zuhda dan Wahyu Jahidah, perempuan bernama Warni (50 th) ini pun kemudian mengucapkan syahadat.
Siti Latifah nama Islamnya. Subhanallah, haru bahagia. Harakah dakwah yang semoga benar-benar diberkahi. Bukan jerih kami juga bukan karena sosok ustaznya. Tapi haqul yaqin, karena Allah ridha dengan harakah ikhlas dan istiqamah dalam syiar dan dakwah majelis tercinta.
Hati mereka ditundukkan untuk berwashilah dengan gemuruh zikir hamba-hamba-Nya. Kini bertambah sudah jumlah muallaf Az-Zikra, 626 orang. Insya Allah terus dan terus Allah akan bahagiakan kita dengan banyaknya muallaf.
Allahumma ya Allah, tancapkan di hati kami kekuatan iman, hiasilah hidup kami dengan keindahan Islam dan selamatkan kami dari fitnah dunia akhirat. Aamiin.