Jumat 11 Mar 2016 10:39 WIB

Dicintai Allah dan Manusia

Dengan sikap dan kesalehannya, Rabiah mulai terkenal sebagai seorang alim yang zuhud.
Foto: Sojo.net/ca
Dengan sikap dan kesalehannya, Rabiah mulai terkenal sebagai seorang alim yang zuhud.

Oleh Dani Priyanto

REPUBLIKA.CO.ID, Abu 'Abbas Sahl bin Sa'ad Assa'idi Rhadiallohuanhu berkata, ''Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW seraya bertanya, wahai Rasulullah, tunjukanlah kepadaku suatu amal (pekerjaan) yang jika aku mengamalkannya aku dicintai Allah dan dicintai manusia.''

Maka Rasulullah SAW bersabda, ''Zuhudlah engkau terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu dan zuhudlah engkau terhadap apa yang ada pada manusia, niscaya manusia akan mencintaimu.'' (HR Ibnu Majah dll).

Target akhir atau tujuan dari setiap amal seorang hamba ialah ia mengharapkan ridha dan cinta dari Allah. Hadis di atas mengajarkan kepada kita bahwa salah satu cara guna mendapatkan kecintaan Allah dan juga kecintaan manusia adalah dengan bersifat zuhud terhadap dunia. Sebab, zuhud merupakan salah satu bagian dari ketaatan dan Allah mencintai orang yang menaatinya. Dengan zuhud terhadap dunia, berarti kita hanya mengisi ruang hati kita dengan kecintaan kepada Allah. 

Orang yang mencintai dunia, ruang hatinya terisi dengan kecintaan terhadap dunia, sehingga tidak mungkin hatinya menyatu denan kecintaan Allah. Secara bahasa zuhud berarti tidak berambisi terhadap dunia namun bukan berati kita hidup dalam keadaan melarat. Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata, ''Zuhud adalah pendek angan-angan, tapi bukan memakan makanan yang tidak enak dan mengenakan pakaian yang jelek.''

Hidup zuhud bukan berarti kita meninggalkan dunia sama sekali, tetapi kita menjadikan dunia sebagai wasilah untuk mencapai kehidupan bahagia di akhirat nanti. Kita bisa menganalogikan jika kita akan bepergian ke suatu tempat, tentunya kita akan membawa perbekalan yang hanya dibutuhkan selama perjalanan saja guna mencapai tujuan tersebut, sehingga ketika kita membawa bekal yang tidak dibutuhkan tentunya hal ini akan merepotkan dalam perjalalan kita. 

Begitupun dengan dunia dan akhirat, kita mencari dunia sebatas untuk menyampaikan kita ke kehidupan yang bahagia di akhirat. Dalam Alquran dan hadis banyak sekali ayat yang menyatakan bahwa dunia merupakan sesuatu yang sementara sifatnya. Firman-Nya dalam surat An-Nisa (4) ayat 77, ''.... Kesenangan di dunia ini hanyalah sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.'' 

Dunia yang disebutkan dalam Alquran maupun hadis, bukan tertuju pada segala hal yang menyangkut dunia, baik berupa waktu (siang dan malam), tempat (daratan, lautan, dan udara), maupun makhluk yang berada di dalammya. Akan tetapi cercaan tersebut pada dasarnya ditujukan pada sikap dan prilaku manusia di dunia yang cendrung terhadap kehidupan dunia dan lupa akan akhirat.

Alangkah indahnya jika bangsa ini memiliki sikap hati yang zuhud terhadap dunia. Kita bisa memastikan jika para pembesar bangsa ini bersikap zuhud maka bangsa ini akan terlepas dari bencana korupsi. 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement