REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI -- Pada debat calon presiden dari Partai Republik yang digelar CNN, Kamis (10/3) lalu, Marco Rubio melakukan sesuatu yang tak biasa. Ia mencoba mengambil sikap melawan Islamophobia, khususnya melawan sikap Donald Trump soal Islamophobia.
Seperti dilansir laman Vox, Rubio mengomentari pernyataan Trump sebelumnya yang menyatakan banyak Muslim membenci Amerika. Rubio mengkritik pernyataan Trump tersebut. Menurutnya, mungkin Trump memiliki daya tarik karena berani mengungkapkan apa yang orang harap bisa katakan.
"Masalahnya presiden tak bisa hanya mengatakan apa saja yang mereka inginkan. Ini ada konsekuensinya, di sini dan di seluruh dunia," kata Rubio. (Rubio dan Trump Berdebat Soal Islam).
Rubio pun mengisahkan pertemuannya dua hari lalu dengan pasangan misionaris di Bangladesh. Menurutnya, Bangladesh adalah tempat yang sulit untuk misionaris karena mayoritas Muslimnya. Menurutnya, keselamatan dan keamanan misionaris itu sangat bergantung pada keramahan Muslim yang tinggal bersama mereka.
Pasangan misionaris itu kini mengaku khawatir karena berita yang ada saat ini menyatakan seorang tokoh politik terkemuka AS mengatakan Amerika tak menyukai Muslim. Hal ini menurutnya merupakan dampak yang nyata.
"Saya juga dapat memberitahu Anda bahwa jika Anda pergi ke pemakaman nasional, terutama Arlington, kau akan melihat bulan sabit di sana. Jika Anda pergi ke mana pun di dunia Anda akan melihat laki-laki dan perempuan Amerika yang berjuang dalam seragam Muslim. Dan mereka mencintai Amerika," katanya.
"Dan sejauh yang saya tahu, tidak ada orang di atas panggung ini telah bertugas dengan seragam militer Amerika Serikat. Orang di luar sana yang menggunakan seragam Amerika Serikat dan bersedia mati untuk negara ini adalah seseorang yang mencintai Amerika - tidak peduli apa latar belakang agama mereka," kata Rubio.