REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan tim relawan dari calon kepala daerah dari jalur independen menjadi kekhawatiran deparpolisasi atau pelemahan fungsi partai politik. Namun di sisi lain langkah itu bisa menjadi momentum perbaikan sistem pencalonan di internal partai politik.

Pengamat Politik Universitas Padjadjaran Bandung Muradi mengatakan isu deparpolisasi yang menguat seiring dengan hadirnya relawan 'Teman Ahok' ini bisa dilihat dari dua sisi mata uang. Bisa jadi ini menjadi mometum masyarakat untuk melihat alternatif di tengah lemahnya sistem demokrasi.

Kedua ini menjadi koreksi besar bagi parpol, harus menjaga kaderisasi dan memunculkan kader  yang berkualitas dan di sisi lain tetap populis. " Jadi tidak bisa parpol memunculkan kader atau tokoh yang hanya dianggap kuat serta baik di internal tapi kualitas dan popularitasnya ternyata ayam sayur di masyarakat," katanya kepada Republika.co.id, Jumat (11/3).

Saat ini parpol yang terkenal dengan proses kaderisasinya yang matang seperti PDI Perjuangan dan PKS. Mereka harus bisa menampilkan kader-kader berkualitasnya dan populer. Sehingga masyarakat tidak apatis dengan proses perekrutan dan membentuk tim pemenangan di luar koordinasi partai.

Jadi parpol harus membenahi proses kaderisasinya secara ketat, menghadirkan kader-kader yang bukan asal comot atau hanya bagus di dalam. Isu deparpolisasi menjadi hangat setelah Ahok berpisah jalan dengan PDI Pejuangan dan memilih jalur independen bersama tim relawannya.

Ketua DPP PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pereira menilai cara-cara Ahok ini wujud merusak sistem politik dengan deparpolisasi.

Baca juga, Fadli Zon Minta Ahok Buktikan Mahar Rp 100 Miliar. 

Ikuti Whatsapp Channel Republika