REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengimbau kepada semua pemilik restoran, rumah makan, dan pedagang kaki lima agar memberikan nama menu makanannya yang lebih edukatif.
"Selama ini, tidak sedikit restoran, rumah makan, bahkan pedagang kali lima (PKL), memberikan nama menu makanan yang dinilai kurang mendidik," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram H Abdul Latif Nadjib kepada sejumlah wartawan di Mataram, Jumat (11/3).
Menurutnya, beberapa menu makanan dan minuman yang dinilai kurang mendidik tersebut seperti "mi setan', "es pocong", "es gila" dan sebagainya.
Nama-nama yang terkesan tidak mendidik itu, dinilainya tidak sesuai dengan visi Kota Mataram yang maju, religius dan berbudaya.
Apalagi, Kota Mataram yang berada di Pulau Lombok sangat terkenal dengan pulau seribu Masjid, sehingga nama-nama menu makanan tersebut dinilai kurang elok didengar, meskipun kenyataannya makan tersebut enak dan halal.
"Bayangkan, bagaimana rupanya jika kafilah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), memakan mi setan dan es pocong," sebutnya.
Ia mengakui, para pedagang menciptakan nama-nama itu untuk mengundang rasa penasaran konsumen agar datang dan mencoba menu dengan nama-nama unik yang terlalu berlebihan. "Boleh unik, tapi jangan sampai keterlaluan dengan mengeluarkan nama-nama seisi kuburan," katanya lagi.
Terkait dengan itu, pekan depan, Disbudpar Kota Mataram akan menyebar surat imbauan kepada restoran, rumah makan dan PKL agar dapat mengganti nama-nama menu makanannya dengan menu yang lebih edukatif.
"Teguran terhadap nama-nama menu makanan yang dinilai tidak sesuai dengan visi Kota Mataram ini sesuai dengan masukan dari tokoh agama, tokoh masyarakat bahkan terlontar langsung dari wali kota juga," katanya.
Dia mengatakan, jika imbuan itu tidak mendapatkan respon dari para pengusaha, pihaknya akan menurunkan tim untuk mencari tahu apa alasan pedagang tidak mau merubah nama menu makanan dan minumannya yang dinilai kurang mendidik itu.
"Kita yakin, jika masakan mereka sudah digandrungi anak muda, apapun namanya tetap akan disukai. Misalnya, pelecing bakar artinya pelecing yang memiliki rasa yang sangat pedas. Tidak perlu memakai pelecing setan dan sebagainya," ujarnya.
Dengan demikian, diharapkan sekitar 15 ribu tamu MTQ ke-26 nantinya, pemerintah kota tidak sekadar menyiapkan penyambutan secara fisik melainkan juga menyiapkan makanan dan sajian yang enak, halal, bernuansa religius serta edukatif.