REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pengamat Tata Ruang dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna menyebutkan ada empat tantangan yang harus dihadapi Bekasi untuk menjadi kota metropolitan. Keempat hal tersebut adalah air, listrik, tanah, dan sistem transportasi.
"Apalah arti sebuah kota kalau dia tidak punya power supply dari energi dan air," kata Yayat. Menurut dia, energi dan air adalah unsur pendukung kehidupan yang utama bagi kota-kota besar.
Tanah bisa diatasi dengan membangun vertikal, tapi ketika listrik dan air tidak ada sementara jumlah penduduk semakin bertambah, kota itu tidak akan menarik bagi siapapun. Ia menyarankan pemangku kepentingan di Kota Bekasi supaya memetakan sektor andalan yang paling strategis.
Kenaikan target investasi tidak akan ada artinya apabila tidak mencakup sektor strategis. Sektor strategis tersebut, dalam pandangan Yayat, tak lain daripada ketersediaan listrik dan air.
Menurut dia, Bekasi perlu membuat mitra kota yang terkait dengan korporasi di bidang penyediaan power supply yang bisa mencukupi. Ia mencontohkan, power supply berbahan bakar gas karena potensi gas uap di Kota Bekasi menarik untuk dipertimbangkan. Sebab, kawasan Bekasi berada pada lintasan jalur tol nasional, transportasi publik juga harus dioptimalkan.
Yayat mengatakan, Bekasi akan gagal apabila hanya memposisikan diri sebagai kota asrama atau bayang-bayang ibu kota. Bekasi tidak akan menarik, kecuali bagi warga yang bekerja di Jakarta.
Mengingat hal itu, Yayat mengatakan dalam waktu dekat, sistem tata ruang yang akan disusun selayaknya disinergikan dengan sistem struktur ruang yang kuat, khususnya pada layanan sistem energi listrik.
"Sekali lagi, target mimpi besar kota berhadapan dengan empat persoalan besar. Air, listrik, tanah, dan transportasi juga," kata Yayat menandaskan.