REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI TAW -- Militer Myanmar menominasikan seorang mantan pendukung junta yang masih masuk dalam daftar sanksi Amerika Serikat sebagai calon wakil presiden pada Jumat (11/3).
Pemerintah Myanmar yang terpilih secara demokratis selama lebih 50 tahun menghadapi tantangan untuk melakukan reformasi dan pertumbuhan ekonomi yang dituntut oleh para pemilih sementara bekerja sama dengan militer yang masih menguasai banyak kekuasaan politik.
Majelis Rendah parlemen memutuskan pada Jumat untuk memilih Htin Kyaw, seorang teman dekat dan kepercayaan Suu Kyi, peraih Hadiah Nobel, sebagai calon presiden. Di ibu kota Myanmar, para anggota parlemen dari militer bersidang secara tertutup dan mengajukan mantan Jenderal (Pur) Myin Swe sebagai calon mereka. Ia pernah menjadi kepala badan intelijen militer yang ditakutkan di bawah mantan ketua junta Than Shwe.
Ketika Than Shwe memerintahkan penumpasan aksi unjuk rasa anti junta yang dipimpin para biksu Buddha pada 2007, dikenal dengan Revolusi Kunyit, Myint Swe adalah kepala operasi khusus di Yangon.
"Kami mengadakan pertemuan untuk memutuskan calon wakil presiden. Tak seorangpun yang menolak proposal itu," ujar salah seorang dari 166 anggota parlemen dari militer, yang berdasarkan konstitusi menguasai seperempat kursi di parlemen, kepada Reuters.
Suu Kyi telah mengatakan ia merencanakan akan membentuk pemerintahan rekonsiliasi untuk membantu menjembatani perbedaan di Myanmar yang sebelumnya bernama Burma, setelah hampir 50 tahun di bawah pemerintahan militer.