Ahad 13 Mar 2016 02:40 WIB

Islam Nusantara Bisa Jadi Referensi Bagi Umat Islam di Timur Tengah

 Wakil Ketua PBNU KH Asad Said (tengah).  (Republika/ Agung Supriyanto)
Wakil Ketua PBNU KH Asad Said (tengah). (Republika/ Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Islam Nusantara dinilai bisa ikut andil membantu menyelesaikan konflik dan peperangan di negara-negara Islam di Timur Tengah yang tak berkesudahan.

Islam Nusantara dengan ciri khasnya mengedepankan jalan tengah (moderat), tidak ekstrem kanan dan kiri dan mengedepankan perdamaian. Islam Nusantara  juga didakwahkan dengan cara merangkul budaya, menyelaraskan budaya lokal, menghormati budaya, dan tidak memberangus budaya. 

“Dalam buku karya Milal kali ini telah merangkai dengan apik bagaimana peran ulama santri dalam menyebarkan Islam di Indonesia,” ujar mantan Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali pada peluncuran buku khazanah Islam Nusantara “Masterpiece Islam Nusantara” karangan Zainul Milal Bizawi di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (12/3).

Selain meluncurkan buku, juga digelar pameran foto khazanah Islam Nusantara yang dihadiri para tokoh, alim ulama dan pejabat negara.

Menurut As’ad Ali, dari jejak sejarah dan tradisi ulama santri itulah, muncul karakter Islam Nusantara yang menampilkan Islam yang ramah, damai, terbuka, penuh sopan santun, tatakrama dan penuh toleransi. Sikap inilah yang sampai sekarang bisa dirasakan dan menjadi tradisi yang terus berkembang dalam Islam Ahlussunah wal Jamaah. 

“Maka penting para pelaku penyebar Islam Nusantara  untuk bernarasi dengan tutur sebagai menyambung lokal historis untuk generasi penerus,” ungkapnya.

Menurut As’ad, melalui buku karangan Zinul Milal Bizawi inilah, Islam Nusantara semakin dikenal dan dikenang sepanjang zaman, karena akan menjadi referensi bagi umat Islam.

 “Bahkan menjadi rujukan umat Islam di luar, yang kita tahu negara di Timur Tengah saat ini sedang mengalami kekacauan, tentu butuh tangan Tuhan untuk mencapai perdamaian,” tegasnya.

Penulis buku "Masterpiece Islam Nusantara", Zinul Milal Bizawi menegaskan bahwa tradisi Islam Nusantara tidaklah antibudaya Arab, melainkan untuk melindungi Islam dari model Arabisasi dengan memahaminya secara kontekstual. 

Islam Nusantara, kata dia, tetaplah berpijak pada akidah tauhid sebagaimana esensi ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Karenanya, kata Milal, kehadiran karakteristik Islam Nusantara bukanlah respons dari upaya Arabisasi atau pencampuran budaya Arab dengan ajaran Islam.

 “Akan tetapi menegaskan pentingnya sebuah keselarasan dan kontekstualisasi terhadap budaya lokal sepanjang tidak melanggar esensi ajaran Islam,” ujarnya

Buku "Masterpiece Islam Nusantara " karya Zainul Milal merupakan tindaklanjut dari buku laskar santri yang terbit sebelumnya. Narasi  dalam buku Masterpiece menggunakan plot terbalik membujuk agar pembaca dapat menyelami dengan baik, tidak terputus dan menemukan sejarah sendiri serta sanadnya tidak lompat dan tak terputus. Sedangkan jejaring dalam buku ini menarasikan sejarah jejaring ulama santri dalam memperjuangkan ajaran Islam.       

Menurut Zainul Milal, jejaring yang terbangun merupakan bagian masterpiece Islam Nusantara, begitu juga dengan kemerdekaan RI dan tegaknya NKRI serta wajah Islam Indonesia yang ramah, damai toleran merupakan bagian dari masterpiece Islam Nusantara.

 “Dan masterpeace itu tidak lain adalah rahmat Allah bagi bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan ini adalah masterpiece Allah yang  telah memfirmankan Islam rahmatan lil alamin,” cetusnya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement