REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Purwakarta, semakin melejit. Saat ini, komoditi itu menembus Rp 70 ribu per kilogram. Akibat kondisi tersebut, sejumlah pedagang sayur kecil mogok berjualan cabai merah.
Yatinah (62 tahun), pedagang sayur asal Gg Beringin, Kelurahan Nagri Kaler, Purwakarta, mengatakan, setiap hari harga cabai merah selalu naik. Sampai hari ini, menembus Rp 70 ribu per kilogram. Karena itu, dirinya tidak bisa menjual cabai merah ke pelanggan. Sebab, pelanggan yang mayoritas ibu-ibu rumah tangga biasa membeli cabai dengan cara eceran atau satuan.
"Harga Rp 70 ribu ini, sudah tiga hari terakhir. Kalau dari pasarnya semahal itu, dijualnya berapa?" ujarnya, kepada Republika.co.id, Ahad (13/3).
Kenaikan harga cabai merah ini, sangat tidak rasional. Sebab, kenaikannya sudah melebihi kebiasaan di saat bulan puasa dan menjelang lebaran. Jelang lebaran saja, harganya di bawah Rp 70 ribu per kilogram. Sekarang ini, harganya justru lebih mahal dari momen lebaran.
Dengan kondisi ini, lanjutnya, seharusnya pemerintah sudah turun tangan. Untuk mengetahui penyebab mahalnya harga cabai merah tersebut. Jangan sampai, kenaikan harga ini di manfaatkan oleh oknum pihak tak bertanggung jawab.
Iman Suherman (43 tahun), pedagang sayur keliling Perum Oesman Singawinata, mengatakan, saat ini pedagang kecil tak berjualan cabai merah. Apalagi untuk eceran. Sebab, akan merugi. Kalaupun ada yang mau, pelanggan harus memesannya khusus. Itupun, harus berani di harga.
"Kalau eceran, harga jual per biji pasti di atas Rp 2.500. Dengan harga segitu, ibu-ibu akan menolaknya," ujarnya.
Dengan begitu, lebih baik pedagang sayur skala kecil mogok jualan cabai merah. Ketimbang, jadi rugi lebih baik di marahin ibu-ibu pelanggan sayuran. Kondisi ini, lanjutnya, akan dilakukan sampai harga cabai merah kembali normal.