REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT--Komandan kelompok militan Islam ternama Omar al-Shishani telah dinyatakan mati secara klinis setelah beberapa hari pascaserangan udara Amerika Serikat di Suriah utara. Hal tersebut diungkapkan kelompok pemantau, Ahad (13/3).
"Shishani tidak mampu bernapas sendiri dan menggunakan alat. Dia telah mati secara klinis selama beberapa hari," kata Rami Abdel Rahman kepada Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia dilansir dari Anadolu Agency, Ahad (13/3).
Abdel Rahman mengatakan, komandan yang terkenal berjenggot merah itu dikenal sebagai Omar Chechnya. Ia berada di sebuah rumah sakit di provinsi utara Raqa, benteng ISIS di Suriah. Seorang pejabat AS mengatakan, pada 9 Maret Shishani kemungkinan meninggal dalam rentetan serangan udara yang dipimpin AS pada 4 Maret di timur laut Suriah. Pejabat itu menyebut Shishani setara dengan menteri pertahanan ISIS.
Abdel Rahman menegaskan, saat itu Shishani mengalami cedera serius dala serangan yang menargetkan konvoi, namun tidak meninggal. Shishani adalah salah satu pemimpin ISIS paling dicari oleh Washingon yang menampatkan lima juta dolar AS untuk kepalanya. Militan berjenggot merah tersebut berasal dari Panksis Gorge, sebuah daerah etnis Chechnya.
Pada awal Mei 2013, ketika ISIS baru muncul di Suriah, ia diangkat sebagai komandan militer kelompok untuk utara negara itu. Meski jabatan tepat Shishani tidak jelas, Richard Barrett dari Soufan Group yang berbasis di AS menggambarkannya sebagai komandan militer paling senior ISIS dan bertugas dalam pertempuran kunci.
Sebelumya, kematian palsu Shishani telah dilaporkan beberapa kali.