REPUBLIKA.CO.ID -- ‘’Ya itu gaya operasi pemberantasan terhadap Komando Jihad (Komji)...!’’ Pernyataan Ketua PP Muhammadiyah dan mantan ketua KPK Busyro Muqoddas langsung terlontar ketika Republika.co.id meneleponnya untuk meminta wawancara soal tewasnya Siyono (34), warga Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kabupaten Klaten, seusai dicokok pasukan antiteror, Densus 88.
Di sepanjang wawancara, Busyro berkali-kali mengaku khawatir atas tindakan itu. Beberapa kali di sela wawancara helaan napas beratnya terdengar.
‘’Ya seperti mengopi saja. Tak ada beda dengan zaman penumpasan Komji. Semuanya serbamasif, terstruktur, dan sistematif. Di era Komji dan sekarang kok masih mirip atau sama saja, ya,’’ ujar Busyro. Busyro yang pada era 1980-an menangani dan membela kasus para terduga pengikut Komji mengaku paham betul apa dan siapa organisasi ini. Dia menyatakan, Komji itu muncul sebagai buah dari operasi intelijen pada masa Orde Baru yang komandonya langsung ditangani mendiang Kepala Operasi Khusus dan mantan menteri penerangan, Ali Moertopo.
Lalu, apa motif pembentukan Komji? Busyro mengatakan, banyak hal yang akan ditargetkan. ’’Motifnya depolitisasi Islam dan umat Islam. Maksudnya agar umat Islam tidak mempunyai andil dan tak punya peran di panggung politik nasional. Targetnya awalnya waktu itu, ya ‘mengebiri' partai politik Islam yang saat itu diwakili oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP),’’ katanya.