REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Rawan Okasha menyingkap tirai hitam di panggung, mata hitamnya yang bercelak mengawasi teater dua lantai yang penuh sesak orang. Tak lama setelahnya, ia melakukan sesuatu yang tak dilakukan perempuan lain di depan umum di Gaza selama 10 tahun terakhir.
Ia bernyanyi.
"Palestina adalah untuk orang-orangnya. Dan rumah-rumah yang mereka (Israel) hancurkan, akan dibangun kembali oleh intifada," ujar Okasha dalam penggalan nyanyiannya.
Mengenakan gaun berbordir dan kerudung warna senada, penampilan Okasha merupakan sesuatu yang langka di antara banyak aturan ketat yang diberlakukan pemerintah Hamas yang menguasai Gaza. Bahkan di antara para penonton, pengawas, ikut menyaksikan hanya untuk memastikan tak ada lagu yang menyinggung para pejabat Hamas.
Salah satu aturan lain yang diberlakukan Kementerian Kebudayaan setempat adalah, selama bernyanyi Oksaha harus berdiri tanpa menari atau menggoyangkan tubuh, berpakaian sopan dan diiringi 'musik patriotik'.
"Saya mencapai apa yang ada di jiwa saya. Saya merasa seperti saya memiliki tanggung jawab untuk terus bernyanyi, demi para perempuan generasi saya," katanya.
Seperti dilansir laman The New York Times, Ahad (13/3), sejak mengambil kendali Gaza hampir satu dekade lalu, Hamas telah mencoba menghilangkan kegiatan budaya. Para pemimpin Hamas melihat budaya sebagai sesuatu yang tak sopan dan terlalu Barat. Untuk itu mereka umumnya menolak mengizinkan pertunjukan budaya.