REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Salah satu pool taksi di Tangerang Selatang dengan jelas menolak keberadaan moda transportasi online atau dalam jaringan (daring). Penolakan itu ditunjukkan dengan membentangkan spanduk yang dipajang di depan pool Taxiku tersebut.
Pool Taxiku, berlokasi di Jalan Lengkong Gudang Timur, Serpong, tak jauh dari Polsek Serpong.Terlihat memasang spanduk di pintu depan menolak taksi berplat hitam. Dalam spanduknya tertulis ‘gara-gara Uber dan Grab Car, kami tidak bisa membayar sekolah anak’.
Manajemen taksi tersebut juga mengirimkan lima armada dalam aksinya di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Senin (14/3). Salah satu sopir taksi yang ikut dalam aksi di Bandara Soetta tersebut, Yudi Irawan (50) mengecam keras keberadaan taksi daring berplat hitam tersebut. Mereka berharap agar pemerintah menertibkan keberadaan taksi berplat hitam yang kian marak hingga saat ini.
“Selama ada taksi online pendapatan kami per hari berkurang sampai 50 persen dengan waktu tempuh kerja dari pagi hingga larut malam. Sangat terasa sekali sejak ada jasa online berkembang, biasa dapat Rp 250 ribu paling saya dapatnya Rp 100 ribu. Ini sudah berat sekali,” katanya, Senin (14/3).
Menurut Yudi, hal itu mengakibatkan biaya hidup dan anak sekolah semakin berat. Bahkan juga berdampak dengan banyaknya sopir taksi yang keluar dari pekerjaannya.
Dia juga menegaskan bahwa taksi daring itu seolah memberikan peluang bagi semua pemilik mobil untuk mencari uang sampingan. Sedangkan mereka tidak membayar pajak dari penghasilan mereka dalam menarik penumpang. Menurutnya, jika ini dibiarkan akan mengancam perusahaan taksi pada umumnya untuk gulung tikar.
“Karena taksi pada umumnya harganya jauh lebih mahal dibandingkan mereka, sedangkan mereka murah tidak ada pajak hanya pajak kendaraan pribadi,” ujarnya geram.