Selasa 15 Mar 2016 17:49 WIB

Demokrat Bantah SBY Lancarkan 'Serangan Halus' ke Jokowi

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Angga Indrawan
Dede Yusuf.
Foto: Antara
Dede Yusuf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu belakangan, presiden ke-6 RI sekaligus Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) aktif memberikan saran dan kritiknya kepada pemerintahan era Joko Widodo. Namun, Demokrat membantah jika kritik tersebut dianggap sebagai "serangan halus" pada pemerintahan Jokowi.

Politikus Demokrat, Dede Yusuf, mengatakan, semua saran dan kritik yang disampaikan SBY sebagai ketum Demokrat merupakan hasil masukan dari Fraksi Demokrat di DPR dan DPRD. Sebagai contoh, masukan soal iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Kalau SBY memberi pandangannya soal BPJS, apa itu salah. Semua masukan yang diberikan SBY, diterima langsung dari masyarakat maupun kami para perpanjangan Demokrat di DPR dan DPRD,” kata Dede saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (15/3).

Kritik bukan hanya diberikan oleh SBY ke pemerintahan Jokowi. Sebaliknya, pemerintahan Jokowi pun pernah mengkritik pemerintahan terdahulu. Dalam setiap era pemerintahan, kata Dede, ada yang namanya jejak-jejak peninggalan. Jokowi mendapat peninggalan dari SBY, begitu pula SBY memperoleh peninggalan dari Megawati Soekarnoputri, dan seterusnya.

Konteks itu, kata dia, harusnya menjadi sebuah jalinan integral antarkeduanya. Artinya, dalam proses pembangunan bangsa harus saling seiring sejalan.

“Nama boleh berubah, tapi kebijakannya sama. Misalnya, ketika Pak Jokowi meresmikan suatu proyek, bisa jadi itu merupakan programnya Pak SBY saat masih menjabat sebagai presiden. Artinya, ini hanya melanjutkan,” ujar Ketua Komisi IX DPR ini.

Komentar SBY Terhadap Pemerintahan Jokowi Dinilai Wajar

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement