REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL--Serangan 11 pesawat tempur Turki menargetkan kamp-kamp militan Kurdi di Irak utara, Senin (14/3). Serangan terjadi sehari setelah ledakan bom mobil di Ankara yang menewaskan 37 orang dan melukai lebih dari 70 orang.
Serangan oleh jet F-16 dan F-4 di daerah pegunungan Qandil menyerang 18 sasaran di Irak utara. Serangan juga menghancurkan dua depot senjata, bunker dan tempat penampungan. PKK memiliki pangkalan di pegunungan Irak utara untuk mengendalikan operasi di perbatasan di Turki.
Militer mengatakan, target terkena dengan kecermatan. Juru bicara PKK juga telah mengonfirmasi terjadinya serangan.
Serangan balasan ini dilakukan setelah pelaku serangan bom Ankara ditentukan. Perdana Menteri Ahmet Davutoglu mengatakan, temuan pemerintah telah hampir pasti menunjuk ke PKK.
Selain serangan udara oleh militer, seperti diberitakan Aljazirah, polisi juga melakukan penggerebekan di selatan kota Adana dan menahan terduga anggota PKK. Kantor berita swasta Dogan mengatakan, sedikitnya 36 tersangka dibawa ke tahanan dan 15 tersangka militan Kurdi ditahan di Istanbul.
Sebuah kelompok bersenjata Kurdi, Kurdistan Freedom Hawks (TAK) yang merupakan cabang dari PKK yang dilarang mengaku bertanggung jawab atas serangan di Ankara, Ahad (13/3). TAK mengaku memisahkan diri dari PKK.
Serangan bom mobil tersebut menjadi ledakan terkuat kedua yang mengguncang Ankara dalam kurun waktu tiga pekan. Sebelumnya bom bunuh diri di Ankara menargetkan bus yang membawa personel militer dan menewaskan 29 orang.
"Kita tahu bagaiamana dan kapan kami akan merespons," ujar Davutoglu kepada Aljazirah mengacu pada serangan Februari.